Upacara bendera.. hhmmm mungkin seperti kebanyakan orang,
upacara itu sesuatu yang tidak disukai dan sebisa mungkin dihindari haha.. Tapi
ketika aku flashback memori, ternyata
ada dua masa ketika upacara bendera yang bikin aku terkenang-kenang bahkan
berlinang.
KALA SEKOLAH
Aku bersekolah di SD dan SMP PPSP, sebelum lanjut ke SMA
negeri biasa. Di setiap angkatan hanya ada dua kelas, A dan B dengan jumlah
murid total tidak lebih dari 50 anak. Aku termasuk yang berbadan tinggi di
angkatanku, mungkin itu sebabnya aku didapuk jadi petugas upacara. Dan
entah kenapa sejak awal dipilih, aku selalu kebagian tugas jadi protokol. Entah
memang suaraku lumayan merdu hehe.. Hal yang sebetulnya bikin kagum campur bingung karena sekarang ketika karaoke-an sama temen2, suaraku selalu yang paling fals. Hihihi….
Kala itu, aku merasa percaya diri, merasa punya prestasi walau mungkin secuil.
Ibu yang juga guru di sekolahku, ada di barisan depan ketika upacara. Dan aku
merasa, aku sudah bikin ibu bangga meskipun ibu tak pernah mengatakannya. Yang
ada beliau sering beri saran atau malah kritikan misalnya ketika suaraku kurang
lantang hehe..
Kini setelah jadi ibu, aku kilas balik satu hal penting. Ketika
kita percaya pada kemampuan seorang anak, sekecil apapun itu, lalu mendorongnya untuk berperan
sesuatu, maka akan berdampak amat positif. Anak jadi percaya diri, merasa dihargai dan
diapresiasi.
Terimakasih bapak dan ibu guruku tercinta di SD dan SMP PPSP.
(aahh.., langsung deh hati ini tersedu, teringat almarhumah ibu).
KALA DEWASA
Aku pertama kali bergabung jadi relawan di Kelas Inspirasi (KI)
Bogor tahun 2013. Dalam beberapa rangkain kegiatan KI, biasanya ada sesi bernyanyi lagu Indonesia Raya. Aku suka sekali momen itu, patriotik sekali
rasanya.
Ketika ikut jadi relawan lagi di KI Bandung 3, aku
ditempatkan di SD Langensari. Lokasinya
di sekitar Sadangserang. Sekitar sekolah tampaknya daerah agak marjinal, di pinggiran kota dekat perbatasan dengan wilayah kabupaten.
Di SD ini, kelompok kami terdiri dari 18 relawan pengajar
dan fotografer. Profesi relawan beragam, ada psikolog, pengajar yoga, dosen, pengusaha, geolog, dan lain-lain, Sebagian relawan memakai busana kerja sesuai profesi mereka.
Deretan ruang kelas membentuk seperti huruf U dan di tengah-tengahnya terdapat lapangan upacara yang cukup besar. Di lapangan itulah, berlangsung upacara yang menandai awal kegiatan KI kala itu.
Deretan ruang kelas membentuk seperti huruf U dan di tengah-tengahnya terdapat lapangan upacara yang cukup besar. Di lapangan itulah, berlangsung upacara yang menandai awal kegiatan KI kala itu.
Anak-anak telah berbaris sesuai kelas masing-masing. Para guru
dan para relawan berdiri berderet di depan. Ketika upacara dimulai, aku amati
wajah anak-anak ini. Wajah-wajah polos dengan mata berbinar-binar, sebagian besar
melihat kami dengan penuh minat, para relawan dengan tampilan yang unik, berbeda
dari guru-guru mereka. Mata ini mulai panas dan berkaca-kaca.
Upacara berjalan dan tibalah saat bendera dinaikkan dengan
diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Anak-anak bernyanyi dengan lantang dan
bersemangat. Aku pun turut bernyanyi sambil terharu. Aaahhhh rasanya meleleh
hati ini dan air mata langsung berlinang.
Betapa syahdu rasanya. Upacara kala itu amat berkesan
bagiku.
Bocah-bocah ini adalah generasi penerus kita. Kepada merekalah kita titipkan kelangsungan bangsa kita, Indonesia, Negara besar yang telah
ditebus dengan segala darah dan air mata para pejuang kemerdekaan kita.
Walaupun apa yang kami lakukan ini mungkin hanya seberkas. Tapi dalam hatiku terbersit harapan, semoga kalian bisa sekolah setinggi-tingginya dan jadi orang bermanfaat bagi negara, masyarakat, dan agama.
Terimakasih anak-anakku. Sesungguhnya bukan aku yang
menginspirasi, tapi kalianlah inspirator sejati bagiku.