Kamis, 06 Oktober 2016

UPACARA BENDERA: DUA KENANGAN INDAH

Upacara bendera.. hhmmm mungkin seperti kebanyakan orang, upacara itu sesuatu yang tidak disukai dan sebisa mungkin dihindari haha.. Tapi ketika aku flashback memori, ternyata ada dua masa ketika upacara bendera yang bikin aku terkenang-kenang bahkan berlinang.

KALA SEKOLAH

Aku bersekolah di SD dan SMP PPSP, sebelum lanjut ke SMA negeri biasa. Di setiap angkatan hanya ada dua kelas, A dan B dengan jumlah murid total tidak lebih dari 50 anak. Aku termasuk yang berbadan tinggi di angkatanku, mungkin itu sebabnya aku didapuk jadi petugas upacara. Dan entah kenapa sejak awal dipilih, aku selalu kebagian tugas jadi protokol. Entah memang suaraku lumayan merdu hehe.. Hal yang sebetulnya bikin kagum campur bingung karena sekarang ketika karaoke-an sama temen2, suaraku selalu  yang paling fals. Hihihi….

Kala itu, aku merasa percaya diri, merasa punya prestasi walau mungkin secuil. Ibu yang juga guru di sekolahku, ada di barisan depan ketika upacara. Dan aku merasa, aku sudah bikin ibu bangga meskipun ibu tak pernah mengatakannya. Yang ada beliau sering beri saran atau malah kritikan misalnya ketika suaraku kurang lantang hehe..

Kini setelah jadi ibu, aku kilas balik satu hal penting. Ketika kita percaya pada kemampuan seorang anak, sekecil apapun itu, lalu mendorongnya untuk berperan sesuatu, maka akan berdampak amat positif. Anak jadi percaya diri, merasa dihargai dan diapresiasi.  

Terimakasih bapak dan ibu guruku tercinta di SD dan SMP PPSP. (aahh.., langsung deh hati ini tersedu, teringat almarhumah ibu).


KALA DEWASA

Aku pertama kali bergabung jadi relawan di Kelas Inspirasi (KI) Bogor tahun 2013. Dalam beberapa rangkain kegiatan KI, biasanya ada sesi bernyanyi lagu Indonesia Raya. Aku suka sekali momen itu, patriotik sekali rasanya. 

Ketika ikut jadi relawan lagi di KI Bandung 3, aku ditempatkan di SD Langensari.  Lokasinya di sekitar Sadangserang. Sekitar sekolah tampaknya daerah agak marjinal, di pinggiran kota dekat perbatasan dengan wilayah kabupaten.

Di SD ini, kelompok kami terdiri dari 18 relawan pengajar dan fotografer. Profesi relawan beragam, ada psikolog, pengajar yoga, dosen, pengusaha, geolog, dan lain-lain, Sebagian relawan memakai busana kerja sesuai profesi mereka.

Deretan ruang kelas membentuk seperti huruf U dan di tengah-tengahnya terdapat lapangan upacara yang cukup besar. Di lapangan itulah, berlangsung upacara yang menandai awal kegiatan KI kala itu.

Anak-anak telah berbaris sesuai kelas masing-masing. Para guru dan para relawan berdiri berderet di depan. Ketika upacara dimulai, aku amati wajah anak-anak ini. Wajah-wajah polos dengan mata berbinar-binar, sebagian besar melihat kami dengan penuh minat, para relawan dengan tampilan yang unik, berbeda dari guru-guru mereka. Mata ini mulai panas dan berkaca-kaca.

Upacara berjalan dan tibalah saat bendera dinaikkan dengan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Anak-anak bernyanyi dengan lantang dan bersemangat. Aku pun turut bernyanyi sambil terharu. Aaahhhh rasanya meleleh hati ini dan air mata langsung berlinang.

Betapa syahdu rasanya. Upacara kala itu amat berkesan bagiku.

Bocah-bocah ini adalah generasi penerus kita. Kepada merekalah kita titipkan kelangsungan bangsa kita, Indonesia, Negara besar yang telah ditebus dengan segala darah dan air mata para pejuang kemerdekaan kita.

Walaupun apa yang kami lakukan ini mungkin hanya seberkas. Tapi dalam hatiku terbersit harapan, semoga kalian bisa sekolah setinggi-tingginya dan jadi orang bermanfaat bagi negara, masyarakat, dan agama.

Terimakasih anak-anakku. Sesungguhnya bukan aku yang menginspirasi, tapi kalianlah inspirator sejati bagiku.