Minggu, 12 November 2017

Ambil Secukupnya

Setelah lama bertapa, alhamdulillah minggu ini para jari kembali beraksi, coba kutak ketik lagi hahaha.. 

Kali ini, aku pengen berbagi tentang observasiku di waktu kondangan. Hehe observasi, sok keren gini ya istilahnya. Pada satu hajatan maka pasti sang tuan rumah berusaha memuliakan tamu-tamunya. Mulai dari pemilihan gedung yang representatif, suguhan makanan yang beraneka, sampai ke interior yang dibikin secantik mungkin.

Suguhan makanan di "jaman now" itu biasanya terdiri dari meja panjang prasmanan lalu ditambah beberapa gubug berisi makanan minuman penggugah selera. Hampir di setiap kondangan yang aku hadiri, meja prasmanan biasanya kurang diminati, para tamu lebih memilih makanan di gubug sampai rela antri. Kadang tergelitik juga pengen survey kecil-kecilan untuk tahu sebabnya.

Satu hal yang tak pernah luput dari perhatianku adalah betapa banyaknya orang yang meninggalkan makanan bersisa di wadah atau piringnya. Dan ini terjadi di manapun kapanpun laksana iklan Coca cola di "jaman old" hehe. Padahal ini termasuk perilaku mubazir. Salah satu sebab dari makanan bersisa adalah karena mengambil secara berlebihan.

Dalam kegiatan makan, ternyata ada adab-adabnya. Berikut kutipan dari satu sumber:

Salah satu adab makan yaitu menjilat jari-jari setelah makan, menjilat piring dan memakan makanan yang terjatuh. Dalam Shahih Muslim dari Anas Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila makan suatu makanan beliau menjilat jari-jarinya yang tiga, beliau bersabda:
 “Apabila makanan salah seorang dari kalian jatuh, maka bersihkanlah kotoran darinya, kotoran lalu makanlah dan janganlah membiarkannya untuk dimakan oleh syaitan!”
Dan beliau memerintahkan kami untuk membersihkan piring (dengan menghabiskan sisa-sisa makanan yang ada), beliau bersabda:“Karena kalian tidak mengetahui di bagian makanan kalian yang manakah keberkahan itu berada.”
Imam an-Nawawi berkata, “Artinya adalah -wallaahu a’lam- bahwasanya makanan yang disediakan oleh seseorang itu terdapat keberkahan di dalamnya, namun ia tidak mengetahui ada di bagian manakah dari makanannya keberkahan tersebut, apakah pada apa yang telah dimakannya atau ada pada yang tersisa di tangannya atau ada pada sisa-sisa makanan di atas piring atau pada makanan yang jatuh, maka seyogyanya semua kemungkinan tersebut harus dijaga dan diperhatikan agar mendapatkan keberkahan makanan, dan inti dari keberkahan adalah bertambah, tetapnya suatu kebaikan dan menikmatinya, maksudnya adalah -wallaahu a’lam- apa yang ia dapatkan dari makanan tersebut (untuk menghilangkan lapar), terhindar dari penyakit dan menguatkan tubuh untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta hal lainnya.
Al-Khithabi berkata ketika menjelaskan kepada orang-orang yang memandang aib menjilat jari-jemari dan yang lainnya: “Banyak dari orang-orang yang hidupnya selalu bersenang-senang dan bermewah-mewah menganggap bahwa menjilat jari adalah hal yang sangat buruk dan jorok, seolah-olah mereka belum mengetahui bahwa apa yang menempel atau tersisa pada jari-jari dan piring adalah bagian dari keseluruhan makanan yang ia makan, maka apabila seluruh makanan yang ia makan adalah tidak jorok dan tidak buruk, sudah barang tentu makanan yang tersisa tersebut (bagian dari seluruh makanannya) adalah tidak buruk dan tidak jorok pula.”
Maka, perhatikanlah bahwa adab-adab dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut mengandung anjuran untuk memperoleh keberkahan makanan dan mendapatkannya, seperti juga padanya terdapat penjagaan terhadap makanan agar tidak hilang percuma, yang membantu pada penghematan harta dan pemakaiannya tanpa mubazir.

Waah, ternyata bukan hal yang sederhana ya jika kita menyisakan makanan. Di situ terkandung kemungkinan hilangnya keberkahan dari makanan itu serta pemborosan dan kemubaziran. Kalo disederhanakan, maka makanan yang masuk ke perut kita itu jadi cuma sekedar lewat menuh menuhin perut, hilanglah satu potensi ladang amalan. Duh sayang banget yaa teman..

Jadi, mulai dari sekarang, yuk yuk kita ambil makanan secukupnya dan habiskan tanpa sisa. Ingat lhooo, betapa ruginya jika kita kehilangan satu potensi ladang amal.


Pernah terbersit di kepala, kalo nanti aku hajatan nikahin anakku. Bisa ga ya, aku pasang spanduk kecil di tiap meja bertuliskan: mohon ambil secukupnya, mohon tidak sisakan makanan jadi mubazir. Hahaha jadi pengen tahu reaksi para tamu.