Jumat, 18 Mei 2018

Untukmu Mas Tersayang




Enam ribu 
sembilan ratus 
tiga puluh 
sembilan hari
telah kita lalui bersama

Hari hari yang bagiku
tidaklah selalu sama
Ada masa senang tawa bahagia
masa sedih duka lara
kecewa marah curiga

Masa adaptasi yang amat tak mudah
dua karakter yang jauh berbeda

Kau dengan diammu, aku dengan bicaraku
Kau dengan tenangmu, aku dengan gejolakku
Kau dengan sabarmu, aku dengan syukurku

Kita menjadi saling melengkapi

Dua mutiara yang lalu hadir
satu bulan dan satu bintang
makin lengkapi hidup kita
Karunia terbesar
yang tak ternilai
yang Ia titipkan pada kita
yang semoga kita bisa jaga fitrahnya

Semoga Allah ridloi langkah kita

 I love you so, mas

Kamis, 10 Mei 2018

Kembali, kembalilah cintai dia apa adanya

Sekar tergagap. Kembali si boss pergoki dia tengah melamun di depan komputer. Tugas yang mestinya selesai pagi tadi, siang ini masih belum tuntas juga. Duh malu rasanya. Ini kali kesekian, dia sulit berkonsentrasi di kantor. Ingatannya selalu melayang ke masalah rumah tangganya.

Menjelang dua puluh tahun usia pernikahannya, namun mereka tengah dihadapkan pada masalah yang cukup pelik, dan Sekar hampir-hampir menyerah.

Semua bermula ketika tahun lalu, perusahaan tempat suaminya bekerja tiba-tiba colaps dan terjadi PHK besar-besaran. Suaminya, Ardi, termasuk yang kena PHK. Pesangonnya sih lumayan, tapi ternyata merka tidak siap dengan perubahan kondisi yang drastis itu. Maka pelan-pelan, pesangon itu terpakai buat berbagai kebutuhan.

Posisi Sekar di kantor pun masih staf biasa. Penghasilannya tidak cukup buat biayai keluarga dengan tiga anak yang pas masanya sedang banyak kebutuhan sekolah. Nabil si sulung tahun lalu kuliah, Sekar bersyukur Nabil bisa diterima di sekolah negeri, sehingga tidak terlalu berat biaya masuknya. Tapi tetap bulanan, Sekar harus putar otak supaya bisa mengatur kiriman rutin buat kost Nabil tetap ada.

Ardi yang berusaha mencari peluang kerja lain, sampai sekarang belum berhasil. Dan entah kenapa, dua bulan terakhir ini mentalnya makin jatuh. Motivasinya sudah tidak ada atau bahkan nyaris nol.
Dan ujungnya semua Sekar yang harus tanggung bebannya.

Sudah berkali-kali, Sekar mengajak Ardi ngobrol serius tentang masalah keuangan ini. Namun Ardi selalu cuma bisa termenung dan hanya berucap pendek-pendek. Tanpa solusi.

Sampai dua bulan lalu, rasanya sudah tak tahan hadapi suaminya. Sekar jadi apatis. Dia sudah kehabisan akal. Apa lagi yang harus dilakukan buat mendukung Ardi. Rasanya semua telah dilakukan, tapi hasilnya nol besar.

Dia tak lagi peduli Ardi. Dia hanya fokus pada ketiga anaknya. Tapi rupanya lama-lama kondisi ini juga berimbas pada anak-anak. Tiga hari lalu Sekar akhirnya meledak di depan anak-anak, ketika Ardi tiba-tiba ngomel panjang karena tiba-tiba mesti anter anak2 pagi banget.

Dan Sekar menyesal. Menyesal sangat. Anak-anak yang harusnya tidak tahu, kini jadi tahu ada masalah antara papa dan mamanya. Mereka jadi jarang bicara, dan bisik-bisik di kamar bertiga.
--

Ayu bossnya beri isyarat supaya Sekar masuk ruangannya.
“Apa kabar anak-anak2?” tanya Ayu begitu Sekar duduk di depannya.
“Eh, baik mbak.”
Ayu memang pernah ketemu anak-anak setiap kantor adakan “Family Gathering” tiap tahun.
“Syukurlah.”
“Kamu lagi ada masalah?”, hati-hati Ayu bertanya.
Sekar terdiam.
“Kalo butuh tempat cerita, aku ada di sini ya. Kita udah temenan lama kan.”
Mereka memang telah berteman sejak awal masuk kerja. Nasib baik membawa Ayu naik jabatan dan jadi atasannya Sekar.

Sekar menghela nafas.
“Ardi, mbak”
Ayu menunggu.
“Aku tak tahu lagi harus buat apa buat support dia.”
“Uang tabungan sudah habis dipakai modal macem-macem usaha, tapi ga ada yang berhasil.”
Sekar mulai berlinang. Ayu ikut berkaca-kaca.
“Kemarin kami bertengkar di depan anak-anak. Aku kayaknya udah ga kuat, mbak. Sampai mana sih kita mesti bersabar pada suami kita?”
Dia tahu perjuangan Sekar selama ini.

“Berat ya, aku bisa bantu apa?”
Sekar terdiam sambil menyusut air matanya.
“Aku punya buku ini, siapa tahu bisa bantu ringankan beban di hati.” ucap Ayu sambil angsurkan satu buku tipis.
“Isinya tidak menggurui tapi kena banget buat aku mah.” Ayu tersenyum simpul.
“Makasih banyak ya mbak.” Sekar baru ingat, dulu Ayu pernah hadapi juga masalah dengan suaminya ketika ketahuan selingkuh. Bersyukur mereka bisa atasi dan sampai sekarang rukun kembali.

“Pesanku cuma satu: kembali, Sekar. Kembali terima dia, kembali cintai dia apa adanya. Kembalikan niat awal ketika kalian mulai menikah. Kembali pada anak-anakmu, mereka anak-anak manis banget, karunia terbesar dalam hidup kalian. Maka kamu akan lebih ikhlas menerima apapun ujian rumah tangga kalian. Percayalah, aku pernah alami itu.”
Mereka pun berpelukan erat.
--

Di buku itu, Sekar dapat beberapa hikmah.

Dan Sekar bertekad, bahwa dia akan kembali pulang. Kembali seperti dulu. Terima Ardi apa adanya. Dulu pun ketika menikah, mereka betul-betul berangkat dari nol. Tapi pelan-pelan mereka berjuang bersama sampai pada titik ini.

Mau tahu apa saja isi buku itu yang mampu menggugah Sekar untuk “kembali”?

Benci dan suka

Allah subhanahu wata'ala telah mengingatkan kita agar tidak membenci atau menyukai sesuatu padahal kita tidak tahu rahasia di balik itu. Dalam QS Al Baqarah:216 disebutkan "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Ujian sebagai penggugur dosa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari 5641).

Jihad seorang istri

Jika seorang isteri taat kepada suaminya serta tidak pergi meninggalkan suami maka pahalanya sama dengan jihad di jalan Allah. Perhatikan hadist berikut: Al- Bazzar dan At Thabrani meriwayatkan bahwa seorang wanita pernah datang kepada Rasullullah SAW lalu berkata :  Aku adalah utusan para wanita kepada engkau untuk menanyakan : Jihad ini telah diwajibkan Allah kepada kaum lelaki, Jika menang mereka diberi pahala dan jika terbunuh mereka tetap diberi rezeki oleh Rabb mereka, tetapi kami kaum wanita yang membantu mereka , pahala apa yang kami dapatkan? Nabi SAW menjawab :” Sampaikan kepada wanita yang engkau jumpai bahwa taat kepada suami dan mengakui haknya itu adalah sama dengan pahala jihad di jalan Allah, tetapi sedikit sekali di antara kamu yang melakukanya.

Rezeki itu dari Allah

Allah telah berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 31:
نَّحْنُ    نَرْزُقُهُمْ    وَإِيَّاكُمْ
‘…Kami-lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepada mu…’

Dalam ayat ini jelas dikatakan bahwa sesungguhnya peran masing-masing hanyalah sebagai pelaksana harian, dimana kehendak serta penentuan berada ditangan Allah semata. Sehingga tidak ada hak bagi masing-masing untuk mengklaim sebagai penentu bagi keberpihakan serta kebutuhan masing-masing. Suami Istri merupakan tim yang seharusnya berlaku kompak dan sudah semestinya mereka bersinergi dalam menjalani segala aspek dalam kehidupan ini.

Atas kehendak Allah, rezeki yang lebih bisa diberikan pada isteri dan bukan pada suami. Jadi jangankan menjadi tinggi hati jika suatu saat rezeki isteri melebihi suami, atau merasa lebih bermanfaat daripada suami, merasa bisa hidup sendiri dan dapat mengatasi sendiri segala hal, tidak mau diatur sehingga tidak patuh kepada suami. Inilah tanda-tanda kehancuran suatu kapal pernikahan.

“Ya Allah ya Rabbi, Engkau adalah Dzat Yang Maha Memberi, maka berikanlah kepada suamiku kelapangan atas rezekinya. Jika letaknya masih jauh, maka dekatkanlah yang Rabb, jika masih berada di atas langit, maka segeralah turunkan untuknya. Dan jika masih tertahan di dasar bumi, sungguh hanya Engkau yang Maha Mampu untuk segera mengeluarkannya untuk suamiku. Hanya kepada Engkau kami memohon rezeki. Hanya Engkau yang Maha Memberi rezeki tanpa mengharap imbalan. Karena keagungan-Mu meliputi alam semesta dan isinya.

Duhai Allah kami bersaksi bahwa tiada Illah selain Engkau, tiada berhak kami menyembah selain kepada Engkau dan tiada pernah kami menyembah selain Engkau, kami hanya meminta kepada Engkau, maka kabulkanlah permintaanku ini, ya Rabb. Dan aku percaya hanya Engkaulah sebaik-baik pemberi dan zat yang maha menerima keluhan serta permohonan hambamu, amin”

Jaminan masuk syurga

"Jika seorang isteri telah menunaikan shalat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadlan dan menjaga kemaluannya daripada yang haram serta taat kepada suaminya, maka dipersilakanlah masuk ke syurga dari pintu mana saja kamu suka."(Hadits Riwayat Ahmad dan Thabrani)

Duh betapa istimewanya kan?

Jaadii, alasan apa lagi yang bisa jadi "excuse" Sekar buat terus terpaku dan tergugu pada masalah (yang katanya rasanya) berat itu?
Tak ada kan.