3 Juli 2018, jam 15.52
Panggilan Whatsapp dari Kakak
“Hallo, assalamualaikum. Kaa, gimana?”
“waalaikum...salam... buu...”
Hening, lalu terdengar suara isak. Duh, langsung deg deg
plas.
“ya nak”
“Kaka... jadi.. kuliah.. di Bandung..” terbata-bata..
“alhamdulillaahh... ya Allah wa syukurillahh.” Tak terbendung
air mata ini.
“Kaka sujud syukur dulu.”
“makasih yaa cuuu.. ya Allah ar Rahmanirohim”.
Begitu telpon ditutup, duh rasanya plooong hati ini, walopon
lutut langsung lemes hehe.
Hari itu pengumuman SBMPTN, dan Kaka diterima di pilihan
pertamanya: Planologi ITB. Sampai sekarang, rasanya masih mimpi. Allah Maha Baik Maha
Penyayang Maha Pengasih, berkenan mengijabah doa kami. Doa yang kami panjatkan
di setiap sujud kami, setelah shalat, sepanjang bulan Ramadlan. Bahkan di luar
waktu-waktu itu, do’a khusus buat dia selalu aku bisikkan.
----
Arkeolog.
Begitu selalu jawaban Kaka ketika ditanya cita-citanya sejak
SD. Dan sampai sekarang aku dan ayahnya masih bingung darimana ide itu dia
dapet. Kami berdua sama-sama lulusan sekolah teknik, Aki Eni dan uwa2nya banyak
jadi guru, konsultan, atau PNS. Dalam keluarga besar kami, tidak ada satupun
yang punya profesi deket-deket arkeolog.
Mungkin akibat waktu balita aku sering belikan buku-buku
sains. Ga sadar, buku-buku yang aku beli ternyata banyak bercerita tentang
dinosaurus, manusia purba, penelitian situs dst lengkap dengan gambar berwarna warni tea. Plus
majalah Kuark ketika SD lalu National Geographic ketika SMP yang juga jadi bacaan favorit dia.
Berlanjut ke hobinya ketika kecil masuk museum. Ini
juga bukan hasil maksa-maksa haha aneh yaa. Sementara anak-anak sebesar dia mungkin
lebih suka main di mall, dia sukanya ngajak ke museum. Semua museum di Bogor rasanya
sudah kami sambangi (kecuali museum yang baru kayak museum Presiden), termasuk
museum Peta yang udah “rada ladu” haha plus tiket masuknya kalo ga salah cuma dua rebu. Museum Zoologi pernah kami kunjungi dua kali dan dia ga bosen tuh.
Masuk SMP, kalo ngobrol-ngobrol ringan dan ditanya
cita-cita, masih Arkeolog. Hehe dalam hati, hebat juga ini anak persistensinya.
Padahal dari buku-buku sains yang pernah dia baca, ada banyak profesi yang
menarik juga. Seperti astronomi, kedokteran, ilmuwan, dll. Tapi eta masih
keukeuh arkeolog.
Aku ga pernah melarang.
Selama cita-cita itu baik, pasti kami dukung. Cuma uwanya yang rada “nyureng”:
arkeolog? dengan muka bingung hahaha.. Tapi
sekilas, aku sudah mulai kasih gambaran bahwa profesi arkeolog bukan profesi
yang umum. Kalo Kaka mau jadi arkeolog, maka Kaka usahakan jadi arkeolog yang
serius dan kalo bisa jadi “extraordinary”.
Nah pas masuk SMA mulai deh tuh kegalauan menimpa. Masuk SMA
harus langsung pilih jurusan IPA atau IPS. Arkeolog itu sebaiknya masuk IPS,
karena jalur masuk PT-nya dari Sosial. Cuma hasil dua kali psikotes, kesimpulannya
Kaka berbakat di sains tapi yang lebih “IPA”, rekomendasinya malah masuk
kedokteran atau insinyur. Nah lho kan bikin galau.
Aku bilang, Kaka kalo memang serius masih minat arkeologi ya
gapapa masuk IPS. Tapi jangan terjebak stereotype (yang salah banget) tentang anak2
IPS yang santai suka hura2 dll. IPS juga tetep kudu serieus dan bisa
berprestasi. Aku cerita dulu punya temen SMA yang pinter dan sebetulnya bisa masuk
kelas IPA tapi keukeuh milih IPS karena memang minatnya ke situ.
Tapi ayahnya yang rada protes, untungnya ngomongnya
ke aku ga langsung ke anaknya. Gini dia bilang: masuk IPS kan jurusan yang bisa
dipilih terbatas, Bu. Dan kayaknya ga cocok buat c Kaka. Aku berusaha
menengahi: ya tapi kan kita ga boleh maksa anak, Yah.
Buat nambah ikhtiar, aku menghadap bu guru BK. Beliau
cukup bijak, memberi saran kalo memang mau coba masuk dulu aja ke salah satu,
karena ada kesempatan tiga bulan buat semacam orientasi. Habis itu masih boleh
pindah jurusan. Kelas IPS di sekolahnya ternyata solid dan kompak banget. Dan tetep banyak prestasi.
Setelah diskusi, akhirnya Kaka putuskan untuk pilih jalur
IPA. Waktu itu dia sedikit bergeser minat ke paleontology yang persepsi kami
itu subnya bidang geologi. Dan ternyata dia lumayan bisa ngikutin pelajaran. Alhamdulillah.
--
Pilihan kuliah.
Masuk kelas tiga, mulai deh kami berdiskusi lagi hahaha
keluarga macam apa ini apa-apa diskusi. Cape kali ya orang liatnya hahaha. Tentang
pilihan jurusan di PT nanti.
Waktu itu sudah mulai pendataan untuk SNMPTN alias jalur
rapot tea. Tiba-tiba dia bilang: mau milih TL, pengen kayak ibu. Haha, ini
akibat doktrin alumni TL di rumah kayaknya. Dari mulai SD ketika belajar PLH,
mungkin dia “terpesona” dengan gapenya sang ibunda menerangkan tentang
pencemaran lingkungan. (hahaha *kibasjilbab). Lalu bawelnya aku yang selalu
hemat energy macem “matikan lampu kamar kalo ga ada orang”, diet plastik : kalo
jajan nasi kuning harus bawa wadah dari rumah, sekolah selalu bawa tumbler dan
bekel makan siang, supaya ga usah beli AMDK dan jajan. De el el de es te.
Hahaha ternyata betul yak emak2 emang paling berperan kalo urusan mendoktrin kayak gini..
Pilihan pertama FTSL, pilihan kedua Kimia. Yang Kimia kayaknya hasil merayu ikutan Open House Kimia ITB sekitar Agustus tahun lalu. Hasil janjian sama dua teman sesama alumni yang kebetulan sama-sama mahmud. Acaranya lumayan menarik, ada banyak stand demo praktikum kimia yang menarik kayak gunung berapi, lalu tour ke lab-lab di jurusannya. Ga ada foto anaknya yang bisa diposting karena waktu itu emaknya bertiga yang sibuk popotoan hahahaha..
Di lain waktu ngeriung santai lagi, aku tanya gimana Ka apa
aja alternatif pilihan jurusannya. Geologi yang waktu itu sempet minat ternyata
engga lagi. FTSL engga lagi juga hahaha dia udah keder kali yak. Sempet bilang juga minat Teknik Kimia, yang ternyata kudu kuat di mapel Fisika. Aku bilang, coba browsing-browsing di situs2 PT atau tanya-tanya ke
alumni, soalnya ibu kan udah kejauhan angkatannya, pasti jurusan udah
berkembang. Dan jawabnya cuma iya. Coba liat-liat tentang jurusan Geografi, di
UGM kan bentuknya fakultas dan udah jurusan lama.
Oya, aku pernah diklat di UGM selama tiga minggu, dan
setelah kampusku sendiri, aku mulai jatuh cinta pada kampusnya pakde ini.
Areanya luaaas banget, universitas lama dan historinya sudah terekam mantap.
Dosen-dosennya asyik hehe walopon aku cuma interaksi sama dosen-dosen Arsitek tapi rasanya asyik, karena rada beda dengan dosen-dosenku dulu waktu
kuliah hahaha. Trus waktu diklat itu, anak2 sempet nengok trus kita sempet
muter-muter di dalem UGM. Ternyata itu membekas juga di memori c Kaka dan
menggugah minat dia buat kuliah di situ.
Ayahnya diskusi sama aku. Kayaknya c Kaka mah jurusan
cocoknya IPA yang rada-rada IPS, kayak Planologi. Dalam hati aku fikir betul
juga. Kebetulan aku S2nya PWK (Perencanaan Wilayah Kota) alias Planologi
baheulana. Di situ memang belajar banyak hal yang tidak murni engineering,
seperti ekonomi wilayah, kelembagaan dan kebijakan. Lalu mulai pilihan itu kami
sodorkan ke c Kaka.
Dekat-dekat pemilihan jurusan SNMPTN tiba, dia bilang lagi. Kaka
kayaknya mau milih 3: PWK ITB, PWK UGM, Teknik Kelautan ITS. Hasil TO di bimbel
udah mulai masuk ke range UGM sih bu, tambahnya. Aku sih cuma bilang: wah bagus
atuh Ka, kalo udah punya pilihan mah, tapi entar kita diskusi dikit sama Ayah
yaa...
Aku pun coba cari-cari info tentang ITS. Jurusan Teknik
Kelautan ternyata lumayan bagus. Dan begitu teringat kiprah bu Susi menteri
kita, rasanya ke depan jurusan ini lumayan bagus juga prospeknya, secara Negara
kita kelautan kan booo. Ayahnya tambahin pertimbangan, itu ilmu dasarnya Sipil,
jadi mesti kuat Matematik dan Fisikanya. Euh, ini mah bikin anaknya mengkeret
lagi atuh ahhaha. C Kaka itu dari SMA udah diwanti-wanti sama walasnya buat 2
mapel ini. Eh tapi ndilalah ternyata nilai di NEMnya alhamdulillah bagus.
Ternyata bukan rejekinya c Kaka lolos jalur SNMPTN. Waktu
awal pengumuman dia tampak biasa aja. Tapi beberapa hari sesudahnya mulai
tampak rona kecewa di rona muka dan bahasa tubuhnya. Aku mencoba menghibur
sebisanya dan kasih lagi suntikan semangat. Beruntung dropnya ga kelamaan lalu semangat pelan-pelan balik lagi.
Lalu di grup alumni angkatan, aku baru inget ada teman dosen
PWK di Undip. Langsung deh aku japri dia dan tanya-tanya info umum. Infonya
membantu banget, dan dia seneng banget kalo anakku milih di Undip. Aku pun
cerita sama c Kaka. Trus ayahnya nambahin, mungkin kalo mau PWK Undip aja
pilihan ketiganya, jadi konsisten. Hhmmm, bisa juga ya.
Tapi aku selalu bilang ke Kaka, ini
kan saran dan pertimbangan Ayah Ibu, buat memperkaya ketika Kaka bikin pilihan. Pilihan tetap Kaka yang putuskan. Ibu ayah cuma berusaha
kasih gambaran semaksimal mungkin. Jangan lupa doanya dikencengin lagi, shalat
istikhoroh supaya pilihannya dikasih petunjuk sama Allah.
Dan akhirnya ketika daftar SBMPTN, Kaka putuskan pilih
ini: PWK ITB, PWK UGM, dan PWK Undip.
Bismillaah... semoga ini pilihan terbaik.
--
Seleksi SBMPTN di awal Mei. C Kaka dianter ayahnya karena kondisi
badanku kurang sehat. Lokasi tes di kampus SMA YPHB, suatu sekolah bernuansa
Islam di Pajajaran. Alhamdulillah, ruangannya cukup terang dan lega, parkir
juga leluasa, ada mesjidnya pula. Ternyata ayahnya nungguin di masjid sampai c
Kaka selesai tes, cerita banyak banget ortu yang nunggu di masjid, pada shalat,
mengaji dan berdoa.
|
ruangan Kaka seleksi SBMPTN |
Pengumumannya ternyata di awal Juli. Jadi selama dua bulan
itu, aku ketimpa penyakit deg deg plas alias H2C hahaha. Beruntung kami peroleh bulan
Ramadlan. Ibadah dimaksimalkan, doa makin dikencengin. Dalam do’aku terselip
satu tawar menawar sama Allah (hehe... semoga ga menyalahi syariah): “ya Allah,
berikanlah sekolah yang terbaik untuk anakku Abdillah, kabulkanlah
cita-citanya, luruskanlah niatnya. Tapi ya Allah, kalo boleh hamba minta, di
Bandung aja ya Allah, supaya emaknya ini ga terlalu khawatir.”
Allah memang Maha Baik.
Arrahmanirrahim.
Doa hamba-Nya yang kotor penuh noda dosa, emak nu rumasa
masih fakir elmu, ibadah belum maksimal, suka kufur nikmat dan kurang sabar, tapi
yaaa Allah.... dikabul, diijabah. Air mata ini menitik.
Duuh gustii Allah, haturnuhun pisan.
Langsung terbayang wajah Aki dan Eni, pengasuh Kaka sejak
dalam kandungan sampai balita. Tentunya ini tak luput dari do’a mereka berdua
waktu masih ada.
--
I'tikaf dan silaturrahim
Sedikit kilas balik. Bulan puasa kemarin aku lama-lama gerah juga lihat anak-anak
ga ada kegiatan yang jelas di rumah terus. Cari-cari info tentang Sanlat buat c
Kaka, udah kegedean, yang ada buat anak2 SMA, dan dia udah ga mau ikutan.
Terakhir tahun lalu masih mau ikut Sanlat di Salman.
Eh tiba-tiba ada postingan info i’tikaf di Salman di grup
mama2. Nah, bisa jadi jalan nih. Langsung deh nih mamak merayu supaya Kaka mau ikut. Untungnya dia minat, cuma mau nyari temen dulu
katanya. Sip sip. Ternyata makin dekat hari H, temennya cuma satu yang juga
minat. Tapi dia tetep mau dan langsung packing-packing. Alhamdulillah. C Kaka
pilih i’tikaf selama 3 malem tanggal 7-10 Juni. Lalu aku rencana nyusul tanggal
11 begitu mulai libur kantor lalu kami lanjut mudik.
Malem kedua, aku minta Kaka kirim foto Salman.
|
Suasana i'tikaf di Salman |
Aaahhh damainyaaa.. Siapa yang lihat foto ini trus baper cuuunggg!!!
Dan tiba-tiba dalam hati, aku bisikkan do’a. Ya Allah, tahun ini dia peserta I’tikaf P3R Salman. Semogaaa ya Allah, tahun depan dia yang jadi panitianya. (Betapa Allah Maha Baik yaa pemirsaaa....hiks.. do'a ini terkabul)
Teringat juga sebelum Lebaran kemarin, aku sempatkan
berkunjung ke sahabat2 Aki Eni. Cita-cita sudah lama sebetulnya tapi karena
lebaran seringnya mepet liburnya jadi susah atur waktunya. Alhamdulillah
kemarin PNS dapet jatah cuti lebih banyak (makasih pakde). Dua tetangga masa
kecil, Aki Eyang Prian dan Nini Iyes, dua guru sahabat Eni: bu Yatmani dan bu
Mimin, dan bi Enin, bisa silaturahim. Alhamdulillah.. Ini beberapa foto kami.
|
Bersama Bu Mimin, guru favorit PPSP
dari masa ke masa
|
|
Bersama Eyang dan Aki Prian |
Anak-anak sengaja aku bawa. Sambil belajar bahwa mengunjungi sahabat-sahabat orangtua kita amat dianjurkan dalam Islam. Pertanyaan standar ketika kita berkunjung adalah tos di mana sakolana? (sekolah di mana?) Dan Kaka selalu menjawab: nembe lulus SMA, nuju ngantosan pengumuman tes. Daaaan semuaaa mendo’akan dengan tulus. Do’a para sepuh ahli ibadah, tos ngiring ngarojong Kaka oge. Haturnuhun pisan.
Barokah silaturrahim.
--
Kabar gembira ini awalnya ga aku posting di manapun kecuali
di grup keluarga. Takut jadi riya dan jujur ga enak banget sama yang anaknya
belum berhasil lolos. Eh ga tau info dari mana, satu per satu japri pun muncul dan
akhirnya kabar ini muncul di semua grup. Haha maklum seleb (eehhhh minta
dikeplak). Sambil aku bisikkan do'a tulus, semoga yang belum lulus SB segera dimudahkan beroleh sekolah terbaik menurut Allah. Skenario-Nya pasti paling indah.
Semua komentar turut bahagia alias ngiring bingah itu aku
aamiin-kan. Ada satu do'a yang amat indah aku kutip di sini:
"Teh Anii barokallah, wilujeng kangge kakak katampi sbmptn.. mugia janten jalan anu pang sae2na kangge kabagjaan dunia akherat..."
--
Alhamdulillahirrobil ‘aalamiin. Arrohamanirrohim.
Haturnuhun ya Allah, telah Engkau karuniakan qurata a’yun,
harta yang tak ternilai, yang tak terbeli.
Trimakasih ya anak cuuu, telah berusaha sekuat tenaga dan tak
putus berdoa. We are so so very proud of you. Love love much much more love....
--
Tulisan pengingat untuk momen yang bukan hanya satu milestone buat Kaka anakku, tapi juga titik introspeksi lagi buat aku dan suami. Semoga Allah jadikan kami hamba yang pandai bersyukur dan rajin bersabar. Jauhkanlah kami dari riya, kufur nikmat, ujub, dan takabur.
Aamiin yaa robbal ‘alamiin.