Kamis, 11 Mei 2017

Kali Kedua

Kali kedua masuk ke lingkungan ini. Entah kenapa, selalu ada salah tingkah, apa karena kesan “menyeramkan”? Dan rasa yang sulit digambarkan: sedih, prihatin, plus dibumbui sedikit rasa marah dan kecewa.

Bersama seorang teman, aku ke situ buat sambangi seorang kawan yang tengah dirundung kedukaan.

Setelah lewati prosedur menjenguk, duduklah kami menunggu di bangku panjang. Di satu ruangan. Berbentuk seperti huruf L. Ada semacam jeruji pembatas dengan ruangan dalam, dengan sedikit ruang kosong di bawah jeruji itu. Kelihatannya buat bersalaman atau mengangsurkan kiriman seperti makanan dll.

Sambil menunggu, kuamati sekeliling. Ada satu bapak muda yang sedang dijenguk istri dan kedua anaknya. Kuperhatikan wajahnya sedih sambil mata tak lepas dari anak-anak itu. Bocah balita yang tampak kebingungan di manakah aku berada. Sebelahnya seorang ibu, sedikit bikin kaget hehe karena usianya tak lagi muda, tampak lebih tua dariku. (Kasus apa ya yang menimpa ibu lansia itu? mulai deh kepo.) Si ibu asyik mengobrol dengan seorang lelaki dalam bahasa daerah yang aku tak paham. Di sebelahnya lagi ada ibu muda sekitar umur tigapuluh tahunan. Dalam hati aku membatin, duh ya Allah, semoga aku dan keluargaku terhindar dari tempat ini.

Lalu tampaklah kawanku itu jalan mendekat dari ruang dalam. Satu petugas angsurkan rompi tahanan warna merah. Duh, mulai deh mamak ini baper. Asa watiirrrr…

Kami pun bersalaman erat, kutatap wajahnya yang berusaha tersenyum walau di matanya tersirat duka. Terlihat kurus dan kurang tidur. Awal ngobrol, terasa agak canggung. Malah dia yang banyak cerita macem-macem. Termasuk tentang rencana pindahkan anak-anaknya ke kampung.

Dia punya empat anak, tertua kelas 6 SD, seumur anakku. Dalam hati, aku bertanya-tanya, apa perasaan anak-anaknya nanti ketika sadar bahwa ayahnya terkurung di sini. Tidak bisa bertemu tiap hari di rumah seperti biasanya, Kalo pun mau ketemu, maka ada pembatas jeruji besi ini. Terbayang anak-anak kritis itu pasti bertanya-tanya. Duuh, mamak makin baper. Kutahan-tahan air mata yang berlinang ini.

Sambil lanjut mengobrol ini itu termasuk diskusi satu hal yang rada serius, batinku: mungkin betul dia salah, mungkin dia memang lalai. Tapi rasanya, pasti ada banyak faktor penyebab. Belum tentu semata kesalahannya.

Doa tulus dari lubuk hati buat kamu kawan. Semoga hukum bisa berjalan seadil-adilnya, semoga mereka yang berwenang bisa bertindak sesuai aturan. Semoga istrimu kuat, ibumu ikhlas, anak-anakmu sehat walafiat.

Ya, kali kedua jenguk kawan di tempat ini. Semoga cukup dua kali saja. Tak perlu lagi ada yang “terpaksa” masuk ke situ. Naudzubillaahi min dzalik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar