Bermula dari postingan di grup Whatsapp dari kawan Banil,
yang kabarkan info mbak Yuyun, kawan kami, butuh bantuan. Bantuan untuk
temani beberapa anak yang mesti terapi di Suryakanti. Waktu itu aku dalam
perjalanan ke Bandung, buat hadir di persiapan nikah Fadhilah keponakanku.
Entah kenapa, hatiku langsung tergerak, kayaknya aku bisa
ikut bantu nih. Langsung aku kontak mbak Yuyun. Tapi baru dapat balasan besok
paginya.
Mbak Yuyun seniorku di TL ini adalah pendiri Bali Focus, suatu lembaga yang bergerak pada isu mercury monitoring dan advokasinya. Empat tahun terakhir aktivitasnya lalu melebar ke isu kesehatan. karena ternyata dibutuhkan. Mereka membantu peningkatan
derajat kesehatan warga di sekitar tambang emas yang terpapar merkuri, mulai
dari perawatan dokter dan rumah sakit, perbaikan gizi, atau terapi seperti yang
sekarang ditempuh di Suryakanti. Merkuri adalah sejenis logam berat yang dalam jangka panjang akan terakumulasi dalam tubuh manusia dan menyebabkan berbagai dampak negatif.
Yang akan terapi di Suryakanti ini berasal dari Kasepuhan
Adat Cisitu, Cibeber, Kabupaten Lebak, nun di perbatasan Sukabumi-Banten. Anak-anak
ini born pre-polluted akibat terpapar
merkuri.
Ada lima anak dengan berbagai kondisi. Sejak kemarin, anak-anak ini di-assesment dan mendapat beberapa sesi terapi. Mereka diantar
orangtua masing-masing. Tapi mereka butuh ada yang dampingi, untuk teman
ngobrol atau kalau2 ada hal-hal yang perlu dikomunikasikan langsung dengan mbak
Yuyun yang siang itu sedang ada kegiatan juri di UI
Depok.
Sejak tinggal di Bandung, aku rasanya pernah tahu tentang klinik
Suryakanti, semacam tempat terapi psikologis/psikiater. Ternyata Suryakanti
sekarang sudah berkembang jadi semacam pusat terapi terpadu, dari mulai medis dengan
dilengkapi fasilitas fisioterapi. Lokasinya di Terusan Cimuncang.
---
Sampai di Suryakanti, seperti info mbak Yuyun, aku mencari
mbak Diana, bagian adminnya. Mbak Diana yang cantik dan ramah, menjelaskan sekilas tentang kondisi kelima anak
itu lalu kenalkan aku dengan para orangtua. Begitu aku bilang, temannya bu
Yuyun, mereka langsung tersenyum dan menyambutku dengan ramah.
Aku coba berbasa basi sejenak, lalu amati anak-anak
itu sambil berusaha menghafalkan nama mereka.
Ada Rifki yang sedang digendong ibunya, microcephalus. Mukanya cakep banget, putih bersih. Aku elus-elus
pipi dan kakinya. Tiba-tiba dia tersenyum padaku, senyum lebar. Aaahhh, mulai
deh meleleh hati ini. Ibunya tampak masih muda banget, mungkin umurnya baru
sekitar 20 tahunan. Ayahnya juga masih muda. Mereka bergantian memangku Rifki,
sambil ajak ngobrol dan mengusap-usap buah hatinya itu.
Yang kedua bernama Jasmine, anak perempuan usia 2 tahun. kabarnya
sang ibu memberi nama Jasmine Parisa karena ngefans berat sama Paris Hilton
hehe.. Lucu, berpipi gembil, tampak
sehat, aktif jalan ke sana kemari dan main ayunan. Ia hanya ditemani ibunya.
Satu anak lagi, namanya Angel. Dia langsung hampiri aku,
bersalaman sambil senyum-senyum. Anaknya tampak sehat namun ternyata sering
kejang, diagnosis pembengkakan kelenjar tyroid. Ayahnya Angel tampak senang mengobrol hehe aku sempat bercanda dengan dia dan ibunya Angel.
Lalu satu anak cantiiik bernama Camelia, 6 tahun, rambut ikal,
kulit putih. Diagnosanya severe autistic.
Keluar dari ruang terapi, sambil disuapi, aku ngobrol dengan ibunya. Ehh tiba-tiba
Camelia mendekat terus gelendot ke badanku. Aku langsung pangku dia sambil usap-usap kepalanya.
Yang kelima bernama Febri, yang tak hentinya main sepeda
berkeliling koridor klinik. Haha.. ibunya sampai kelelahan dorong-dorong itu
sepeda. Febri sejak bayi sering panas tinggi dan kejang, biasa diberi obat anti
kejang. Di klinik ini, ia mendapat terapi obat yang ternyata tidak cocok,
sekujur badannya gatal-gatal kemerahan. Siang itu, dokter merujuknya untuk
dibawa ke rumah sakit.
Berbekal surat pengantar dari Suryakanti, aku temani orangtua
Febri ke RS Santo Yusuf. Sesampai di IGD, dokter jaga di situ lalu memberi
saran supaya langsung konsul ke poli anak. Aku temani sang ibu masuk ke ruang
dokter. Bersyukur, dokternya ramah dan kooperatif, ia wawancara si ibu tentang
kronologis riwayat kesehatan Febri sejak lahir. Alhamdulillaah tidak ada yang
perlu dikhawatirkan. Sang ibu dibekali obat puyer plus vitamin untuk daya
tahan.
Setelah semua beres terapi dan pulang dari rumah sakit,
aku pamitan. Aku salami dan peluk mereka satu persatu. Semua ucapkan terima
kasih dengan mata yang tuluuss.
------
Beres temani mereka, aku jalan pulang. Mampir sebentar ke
kedai kecil untuk minum sekedar teh manis atau kopi.
Air mata yang sedari tadi aku tahan-tahan, keluar juga jadi
tangis pelan.
Qadarullah, Allah beri aku jalan untuk perkaya batin ini.
Bukan mereka yang harusnya ucapkan terimakasih. Apa yang aku
lakukan ini tidaklah sebanding dengan perjuangan dan keikhlasan mereka, menyayangi
dan menerima dengan tabah apapun kondisi anak mereka. Juga hanya seujung kuku
dibandingkan dengan apa yang telah mbak Yuyun (dan Bali Focus) perjuangkan.
Aku yang berterimakasih, sebesar-besarnyaa,
sebanyak-banyaknyaa.
Aku belajar dari orang-orang sederhana ini. Belajar tentang ketabahan, belajar tentang keikhlasan. Sekaligus menampar
aku yang sering berkeluh kesah, padahal pengalaman sedih atau pahit yang aku
alami, wuuiihh ga adaaaa apa-apanya dibanding mereka.
Terimakasih Rifki, Amel, Febri, Jasmine, Angel. Seberkas sinar telah kalian kirimkan ke dalam
hati ini, mengisi ulang batin ini yang sering kering kerontang.
Good luck, anak-anakku… Sehat-sehat semuaaa.. Semoga Allah beri jalan untuk kesembuhan
kalian, anak-anak hebat. Semoga kalian bisa mandiri dan punya kehidupan yang
baik.
Terimakasih juga buat mbak Yuyun, terus berjuang mbak.. Semoga lain waktu aku bisa dapat kesempatan untuk sedikit bantu lagi.
*buat kawan yang berkenan untuk support dana, dibuka
fundraising di platform Kitabisa.com, dipersilakan, dengan sangat,….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar