Saya Ani, Fungsional Perencana.
Fungsional Perencana. Dua kata yang mungkin
terdengar sederhana tapi bagiku semacam akhir sekaligus awal.
Akhir dari perjuangan selama dua tahun yang
penuh onak dan duri (lebay ya hihi).
Tapi juga awal dari perjuangan tahap
berikutnya. Perjuangan untuk turut sampaikan pada siapa saja bahwa fungsional
itu ada dan berdaya.
---
Bismillaah…
Perjuangan berawal dari keputusanku untuk
mengundurkan diri dari satu jabatan struktural eselon IV setingkat Kepala
Seksi. Masih kroco siih
hehe.. dengan rekor tersendiri, karena pernah kena mutasi selama enam kali. Ke
tempat-tempat yang - alhamdulillah - kata orang mah ga basah.
Jujur, bukan hal yang seketika, melalui dibeuweung diutahkeun (dipikir
matang-matang bolak balik seribu kali) selama sekitar dua tahun sebelumnya.
Setelah minta saran beberapa teman dan atasan di kantor yang rata-rata mencegah
hehe ceunah ntar jelek track recordnya sementara kinerjaku
tidak bermasalah. Hanya satu orang yang mendukung karena
persis merasakan hal yang sama.
Plus melalui
berbabak-babak diskusi dan nangis
Bombay di hadapan suami tercinta (love you full, ayaahh). Yang awalnya suami kasih masukan
buat bertahan dan coba beri warna
lain. Bersabar dan berikhtiar. Tapi rasanya di akhir 2014 itu, hati ini sudah
lelah selelah-lelahnya. That’s it,
I must step aside.
Melalui shalat istikharah dan diiringi bismillah, berbagai surat aku
tempuh sesuai petunjuk bagian kepegawaian. Dan akhirnya pada awal Januari 2015,
resmilah aku kembali menjadi staf seperti pada awal jadi pegawai negeri. Pindah kantor dari dinas ke Bappeda (Badan Perencanaan Daerah),
dalam rangka merintis untuk jadi Fungsional Perencana.
(sedikit keterangan: di lingkungan
pemerintahan, terdapat jenjang jabatan struktural dan fungsional. Namun yang
lebih dikenal adalah jabatan struktural, dari mulai yang terbawah eselon IV
sampai yang teratas eselon 1. Secara ringkas, jabatan struktural terkait dengan
decision making. Sedangkan jabatan fungsional berkaitan dengan keahlian,
ketrampilan atau kompetensi dengan tugas utama untuk beri masukan pada sang decision maker. Sayangnya, jabatan fungsional ini masih relatif kurang diminati. Ada banyak sebab, tapi tidak dibahas di sini hehe karena kepanjangan.)
Alhamdulillaah…
"Alhamdulillaahi
rabbil aalamiin, segala puji bagi Allah, Tuhan segala semesta alam."
Pelan-pelan datanglah rasa nyaman dan tenang
ke dalam hati ini. Pertentangan batin yang dulu kurasakan kini tak ada lagi.
Berbagai pekerjaan administrasi yang dulu sering menyita waktu kini bukan lagi
jadi bagianku. Aku bisa mulai belajar fokus buat banyak
belajar, membaca, dan buat telaahan.
Arrohmaanirrohim..
"Allah Maha
Pemurah dan Maha Penyayang. Allah-lah satu-satunya dzat yang memiliki keluasan
rasa kasih kepada makhluknya tanpa batas dan punya rasa sayang kepada
makhluk-Nya yang tiada bertepi."
Allah Maha Baik. Tak lama setelah pengunduran diri itu, tiba-tiba Bagian Kepegawaian kontak aku dan kasih info ada Diklat Fungsional Perencana oleh Badiklat Propinsi Jabar. Ya, itulah kuasa Allah. Padahal aku belum cari tahu, tapi atas tanganNya tiba-tiba ia gerakkan pelaksana diklat itu buat kontak Bagian Kepegawaian Kota Bogor dan diberi jalan rejeki aku bisa ikut diklat itu.
Allah Maha Baik. Tak lama setelah pengunduran diri itu, tiba-tiba Bagian Kepegawaian kontak aku dan kasih info ada Diklat Fungsional Perencana oleh Badiklat Propinsi Jabar. Ya, itulah kuasa Allah. Padahal aku belum cari tahu, tapi atas tanganNya tiba-tiba ia gerakkan pelaksana diklat itu buat kontak Bagian Kepegawaian Kota Bogor dan diberi jalan rejeki aku bisa ikut diklat itu.
Diklat di Bandung selama lima minggu aku ikuti
dengan penuh semangat. Yang paling terasa dukungan Ayah dan anak-anak yang aku
tinggal sementara. Untungnya anak-anak sudah mulai dibiasakan mandiri dan aku
bisa delegasikan beberapa tugas ke bibi.
Aahh, thank
you my moonlight and my sunshine…
Maaliki
yaomiddin…
Keputusanku untuk mundur
dan jadi staf lagi, ternyata bikin beberapa orang
terbengong-bengong, Ada yang bilang salut,
ada yang heran, dan tidak kurang yang menganggap aneh atau bahkan bodoh. Ya
hehe.. aku dianggap aneh karena seperti menyia-nyiakan kesempatan jabatan yang
mungkin justru diharap banyak orang lain.
Jabatan itu amanah. Bukan,
bukan maksudku tidak menghargai amanah. Namun ketika hati sudah tidak sejalan, aku lebih baik pilih mundur. Tentu dengan harapan semoga orang
yang gantikan akan bekerja lebih baik dariku.
Jadi pilihan untuk mundur aku ambil tanpa
tekanan dari siapa-siapa, bukan pula karena ada masalah dengan sikap atau
kinerjaku. Tapi sekali lagi, ini pilihan. Dan tidak salah secara aturan.
Jauh di lubuk hati, aku mencoba memaknai
jabatan itu apa. Itu bukan kekuasaan, tapi amanah. Dan ketika aku merasa tidak
lagi dapat menjalankannya, maka aku memilih melipir.
Iyya kana'budu wa iyya kanasta'in
"Hanya Allah
yang kami sembah dan hanya kepada Allah-lah kami meminta pertolongan. Allah
merupakan satu-satunya dzat yang bisa dijadikan sandaran untuk meminta
pertolongan. Tidak ada selain Allah yang harus kita sembah dan kita minta
pertolongan."
Menghadapi berbagai komentar lingkungan, aku harus banyak banyaaaak tersenyum. This is a matter of choice.
Jika kalian mau, kalian bisa tempuh jalan yang sama, batinku. Yaa manusiawi juga kalii kalo orang mulutnya
sudah terlalu tajam, lalu moodku lagi drop dan berakibat nangis dikit sambil
ngumpet di pojokan hihi…
Lalu datang
masa-masa ketika orang meremehkan keberadaanku, ketika meja kursi pun dapat yang
butut sisa-sisa orang lain haha…. Ketika
komputer dapat warisan yang sudah jadul dan printer dapat lungsuran yang
tutupnya udah copot lalu rusak, okeee ga papaaa. Ketika selama satu tahun
lebih, aku mesti bersabar nebeng cetak data di printer staf lain, yang mesti
sabar tunggu pas dia ga pake.
Okay..
berarti Allah masih berkenan mengujiku, yang bisa aku lakukan tiada lain selalu memohon pertolongan
pada-Nya.
Ihdinas siratal mustaqim
"Tunjukkanlah kami
jalan yang lurus. Mintalah kepada Allah agar senantiasa
diberikan pintu hidayah melalui jalan yang lurus, yaitu jalan yang benar
menurut Allah."
Tak kupungkiri, ada banyak masa ketika semangat hijrah ini goyah, terutama ketika aku merasa ada satu hal yang menurutku salah atau kurang pas tapi aku tidak berdaya untuk merubahnya, kenapa? Karena aku staf biasa, tidak lagi punya kewenangan. Bukan lagi decision maker.
Tak kupungkiri, ada banyak masa ketika semangat hijrah ini goyah, terutama ketika aku merasa ada satu hal yang menurutku salah atau kurang pas tapi aku tidak berdaya untuk merubahnya, kenapa? Karena aku staf biasa, tidak lagi punya kewenangan. Bukan lagi decision maker.
Tapi Allah selalu Maha Tahu. Ketika aku mulai goyah, maka selalu ada
sesuatu yang mengingatkan balik ke tekadku semula.
Hanya ini yang dapat aku lakukan: memohon agar Allah senantiasa tunjukkan jalan. Jalan untuk berjuang tunjukkan pada diri sendiri bahwa keputusanku dua tahun lalu itu tidak salah.
Daan ternyata para pemirsaaa, tidak semudah
itu jadi Fungsional. Aku mesti bersabar.
Shirotholladziina an' amta
'alaihim ghoiril maghdhuubi 'alaihim walodh dholliin
"Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan yang Allah murkai dan juga bukan pula jalan yang sesat. Jalan yang benar-benar dirahmati oleh Allah,
bukan jalan yang dimurkai atau jalan yang sesat sebagaimana orang-orang telah
dimurkai dan disesatkan oleh Allah karena kelakuan dan perbuatan mereka
sendiri."
Setelah menunggu selama dua tahun, akhirnya resmi juga aku jadi fungsional dengan judul hehe Fungsional Perencana. Alhamdulillaah, segala puji hanya
bagi-Nya.
Ya, dua tahun, bukan waktu singkat juga.
Seraya dalam hati selalu berbisik, ingin
rasanya titipkan kata-kata ini buat Eni dan Aki: I have done this is all because I really
want to make you proud. Dan buat kedua buah hatiku: kelak, semoga kalian juga
paham kenapa ibunya tempuh jalan terjal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar