Tiba tiba pandangannya mengabur, linangan air mata hampir
jatuh ke kertas di hadapannya. Kala itu ia sedang selesaikan notulen rapat
kemarin setelah break.
Tadi ketika istirahat kantor, karena suntuk, ia buka medsos
di hpnya. Ia cuitkan sedikit kegelisahan hatinya, gelisah ya galau. Galau
karena kok rasanya hidup ini tidak berpihak padanya. Sudah lama karirnya mentok, walaupun rasanya sudah berbagai upaya dilakukan supaya bisa promosi.
Promosi itu amat ia butuhkan karena suaminya baru saja diPHK. Sementara anak
sulungnya sebentar lagi lulus SMA dan lanjut kuliah. Rasanya kok berat yaa
hadapi gaji bulanan yang Cuma numpang lewat saja di rekeningnya. Di akhir
bulan, ia mesti berjibaku cari tambahan buat biaya bulanan.
Tapi satu komentar dari cuitan ia siang itu sangat
menggugah:
..........bersedekah tak kan kurangi hartamu ........
Namanya Putri. Ia seorang karyawan di divisi perencanaan.
Ketika pulang kantor, pelan Putri berjalan menuju stasiun,
ia biasa pake komuter pulang pergi kantornya. Murah meriah, walaupun mesti
berdesakan tanpa ampun.
Lalu dia berpapasan dengan seorang bapak yang sedang memikul
dagangannya. Sereh yang biasa dipakai bumbu masak. Kala itu sudah pukul lima
sore dan jejeran batang sereh masih menumpuk di keranjangnya.
Tiba-tiba, tanpa dia sadari, dia panggil bapak tua itu.
“Pak, pak saya mau beli serehnya. “
Bapak tua itu langsung berhenti.
“Neng mau beli?”
“Berapaan, pak?”
“Dua ribu satu ikat.”
Dalam hati Putri tercekat, dua ribu? Dia hitung kasar jumlah
ikatan di keranjang si bapak. Mungkin sekitar 50 ikat. Berarti si bapak pulang
bawa uang seratus ribu, dengan catatan semua serehnya laku.
“Beli sepuluh ya pak.”
“mangga, neng.”
Tanpa ragu Putri mengangsurkan dua lembar lima puluh ribuan.
Si bapak heran ternganga.
“Neng, ini salah lihat lembaran uang ya?”
“engga pak, ini bawa trus bapak pulang ya, udah sore mana
mendung tebel mau ujan lagi. Serehnya bisa buat jualan bapak besok.”
“Ya Allah, neng makasih pisan. Ya Allah, Alhamdulillah. Anak
bapak memang udah seminggu demam, tapi belum dibawa ke dokter, bapak belum
punya uang. Makasih ya neng.”
“Iya pak, sama-sama.”
“Bapak doain neng panjang umur, banyak rizki, sehat.”
Lalu si bapak bisikkan doa-doa pendek sambil tangan tua
keriputnya menggenggam erat tangan Putri.
Putri makin tercekat, dia tahan-tahan air matanya.
Setelah bapak tua berlalu. Putri tiba-tiba merasa lega. Dia
tidak merasa uangnya menjadi berkurang. Yang ada di hatinya Cuma rasa nyaman
dan lapang.
Terimakasih ya Allah, Kau turunkan petunjuk hari ini, lewat
bapak tua yang sederhana itu.
Alhamdulillah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar