Selepas hari ultah yang kesekian (hehe jangan sebut angka),
aku coba merenung. Sedikit introspeksi diri, mencoba menjelajah kembali jalan
hidupku selama ini. Satu hal yang pasti, aku amat bersyukur. Bersyukur telah diberi hidup yang indah ini oleh sang Maha Kuasa.
Namun, setelah ditelisik lebih dalam (siga pakar wae), ternyata ada beberapa yang “lambat”. Lebih lambat dari
orang-orang lain pada umumnya. Terlambat “beger”, terlambat “pacaran”, terlambat
menikah, terlambat sadar terjebak hehe. Bukan, bukan maksud untuk aku sesali, cuma
untuk cermin dan evaluasi diri.
Dan ternyata ada satu terlambat lagi, terlambat berbagi.
Dulu jaman sekolah sampai kuliah, kehidupanku ya begitu aja,
dari rumah ke sekolah/kampus. Waktu dihabiskan buat kuliah, begadang bermalem2
buat ngerjain tugas, nongkrong di himpunan dsb. Bertahun-tahun seperti itu:
rumah-sekolah/kampus-rumah.
Lalu menikah, punya anak. Kehidupanku bergeser jadi ibu
rumah tangga yang bekerja. Pagi “perang di dapur” nyiapin anak-anak, lalu pergi
ngantor sampe sore, pulang kantor ngecek anak-anak lagi plus kerja domestik lainnya
dibantu suami. Begitu terus selama bertahun-tahun: rumah-kantor-rumah.
Masa-masa itu, tidak pernah terlintas di benakku buat ikut
kegiatan sosial, relawan, dll yang semacam itu. Rasanya kampus dan lalu keluarga plus kantor udah
bikin sibuk dan cukup megap-megap haha..
Tapi kok makin lama ada satu ruang dalam batin ini yang
kosong. Rasanya hidup ini jenuh amat yak. Semua terasa rutin, ga ada dinamika,
ga ada hal-hal yang bisa bikin aku tergugah dan makin semangat lagi.
Beruntung, ada kawan mengajak aku ikut gabung di suatu
kegiatan relawan tentang pendidikan anak. Dalam hati aku berpikir, hhmmm boleh
juga nih dicoba. Daan ternyata lalu aku seperti orang yang kehausan.
Dari satu
kelompok pertama ke kelompok relawan lain. Ada info tentang kerelawanan di
tempat lain, langsung gabung. Begitu terus, tanpa terasa aku bertambah banyak
teman, dari muda sampai tua, dari pegawai kantoran sampe fotografer keren, dari
yang berdasi sampe yang berjenggot, dari yang bermobil sampe krl-mania.
Interaksi dengan berbagai orang yang “jenisnya” beda banget sama teman kantor ini,
ternyata membuat aku belajar banyak hal. Banyaak sekali.
Pelan-pelan rasa jenuh itu berkurang, terisi oleh hal-hal baik dari mereka: rasa tulus, aksi cepat tanggap, solidaritas, berbagi peran, bahkan candaan gila mereka lalu mengisi hari-hariku. Hidup rasanya jadi lebih bergairah lagi.
Jadi para pemirsa, hidup ini ga cukup hanya diisi dengan sekolah atau bekerja. Satu hal penting lagi yang perlu kamu lakukan, semampunya tapi lakukankah terus menerus yaitu BERBAGI. Salah satu hal penting yang selalu aku tanamkan pada anak-anakku.
Kalaulah bisa memutar balik waktu, mungkin aku akan ikut berbagi sejak dulu di kampus. Kadang sampe berkhayal, kalo aja dulu jaman kuliah sudah ada Pengajar Muda, aku pasti bakal gabung, gak ragu lagi. Eehh tapi ralat deng. Kalo itu terjadi, mungkin aku ga bakal ketemu mas suamiku tercinta ini… Hahaha…
Berbagai rasa ketika ikut berbagi sering sulit diungkapkan dengan
kata-kata. Rasa berguna buat orang lain, walau mungkin hanya seujung kuku. Rasa
syukur yang terbangkitkan. Kasih sayang pada sesama. Rasa ingin menolong. Dan
ada banyak lagi rasa. Berbagai rasa yang setahap demi setahap isi satu ruang batinku
yang kosong itu. Alhamdulillah.
Tapi tentu, jalan yang aku pilih selama ini tak boleh aku
sesali.
Mungkin memang aku terlambat berbagi, namun walau terlambat
tetap terasa indah.
Berbagi memang selalu indah ya mbak ani ^_^
BalasHapusdisamping membuat hati sang penerima bahagia, hati kita juga terasa hangat karena sudah bisa berguna bagi orang lain ^_^ kalo berbagi rezeki susah, berbagi pengalaman dan berbagi senyuman pun boleh.. hihihi makasih udh berbagi cerita nya, sy juga jd termotivasi untuk jd voluteer