Jika orang bertanya,
di mana kamu sekolah ketika SD?
Aku pasti akan
menjawab di SD PPSP, dengan amat bangga.
Apa itu PPSP? Pasti
ga banyak yang tahu. Tapi sekolah ini keren, sekeren-kerennya.. Haha.. maap,
narsisnya keluar nih.
------
Sekolah kami memang
spesial. Namanya PPSP, singkatan dari Proyek Perintis Sekolah Pembangunan.. Ga
ada sekolah lain di Bandung yang bernama sama, dijamin.
PPSP adalah sekolah
dengan jenjang dari SD sampai SMA, semacam laboratorium percobaan kurikulum
dari IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Ada beberapa sekolah PPSP di
berbagai IKIP se-Indonesia. Contohnya Jakarta, yang kalau tidak salah lalu
bertransformasi menjadi Sekolah Labschol.
Lokasi sekolah di
dalam Kampus IKIP. Sekolah kami punya kurikulum sendiri dan tidak menginduk ke
Dinas Pendidikan.
Ingin tahu hal-hal
keren dari sekolah kami? Berikut aku tuliskan beberapa.. beberapa ya…belum
semuanya… hahaha..
1. Tingkatan.
Seragam kami putih
abu-abu, dari SD sampai SMA. Hemat, ga perlu ganti-ganti selama tuh seragam
masih muat dan bisa pake lungsuran kakaknya (sudah menganut prinsip reduksi
sampah dari sumber hahaha). SD hanya sampai kelas 5, jadi ketika yang lain baru
naik kelas 6, kami sudah masuk SMP.
Dari SD ke SMP dan
seterusnya tidak ada tes, wuiihhh bahagianyaa tanpa stress siga jaman kiwari. Lulus SD lalu lanjut kelas 1 SMP disebut kelas 6
dan seterusnya, jadi kelas 3 SMA itu disebut kelas 11. Dan ternyata nama
jenjang tersebut sekarang dipakai untuk
sebutan kelas SMP dan SMA yaa.. jadi bukan kelas 1 SMP, tapi jadi kelas 7 dan
seterusnya.
2. Sistem Modul.
Kami belajar tidak memakai
buku paket, tapi dengan sistem modul. Dengan sistem ini, guru menerangkan
materi, kemudian siswa dituntut mandiri. Kami baca modul kemudian kerjakan tes
sendiri bahkan periksa tes sendiri. Ada satu lemari besar di kelas tempat modul
dan lembaran tes disimpan. Kami boleh ambil sendiri. Terkadang kemudahan ini
jadi jalan untuk ambil kunci tes dan menyontek.. haha.. engga deeng... engga
jarang maksudnya. Yang selesai satu modul lebih cepat daripada yang lain, boleh
ambil lembar pengayaan. Semacam materi tambahan sambil menunggu teman-teman
lain tuntas pada modul tersebut.
3. Akselerasi
Terkait dengan sistem
modul di atas, ada program percepatan atau sekarang dinamai akselerasi. Selain
hemat 1 tahun di SD, juga ada program 2,5 tahun untuk SMP dan SMA. Pelajaran
untuk 3 tahun dipadatkan menjadi 2,5 tahun (hemat 1 semester). Jadi jenjang SMP
dan SMA bisa ditempuh dalam lima tahun. Satu kakakku dapat keuntungan ini,
mestinya lulus tahun 1986 dari SMA, dia jadi alumni pada tahun 1985. Beberapa
teman seangkatan juga dapat keuntungan serupa, hemat satu tahun. Mungkin juga
program ini yang jadi cikal bakal program akselerasi.
4. Kualitas Guru
Jaman dulu, ada guru atau
wali kelas yang mengajar berbagai mata pelajaran. Sedangkan di PPSP, guru
mengajar per bidang studi, jadi bukan guru kelas. Kami sudah dapat pelajaran
Bahasa Inggris sejak kelas 4 SD, weitsss.. mana ada jaman itu anak SD bisa cas
cis cus in English. Ibu gurunya cantik dan sabar banget, namanya ibu Lies, yang
bikin aku jatuh cinta sama pelajaran ini. Akibatnya? Kursus di LIA LBIB
dijabanin dari SMP sampai SMA, dari level Basic
sampai Post-advanced. Hasilnya? TOEFL
di atas rata-rata laah… *agul saeutik
hahaha…
5. Mapel Pilihan
Ada pilihan pelajaran
ketrampilan selain PKK (mainstream
kala itu). Bagiku itu asyik, karena aku ga doyan dan ga bisa jahit menjahit
atau masak memasak. Aku pilih pelajaran Pertanian di kelas 7 dan Peternakan di
kelas 8… Hahaha… jadi macul-macul menanam sosin terus panen dan piara burung
puyuh yang mesti ditimbang tiap hari lalu dibuat laporannya.. Ahhh seruuuu….
Hal-hal seperti ini yang kini mungkin diadopsi di beberapa sekolah alam yang
banyak didirikan di berbagai kota.
6. Sekolah Dekat Rumah
Sebagian besar dari
kami tinggal bertetangga di kampus yang sama. Usia rata-rata para dosen yang
tinggal di kampus ini hampir sama, sehingga usia anak-anaknya pun hampir sama. Tidak heran, anak yang sulung di keluarga A, seangkatan dengan si anak
sulung di keluarga B, dan seterusnya. Berangkat sekolah, kami cukup berjalan kaki atau ada beberapa yang bersepeda. Sekarang ternyata sejalan sama pak RK yang
mencanangkan sekolah dekat rumah sehingga si anak cukup pergi sekolah bersepeda ya.
Aaaahhhh...
kesimpulannya KEREN lah pokoknyaaa.... setuju kaan setujuuu?...
So lucky us to have a chance going to
that cool school, right Poreper?
*Poreper itu plesetan dari forever,
berasal dari forever friend. Buat kami, bersekolah dasar di tempat yang sama bukan
lagi pertemanan, tapi sudah persaudaraan…… *
-----
Halo Teh Ani,
BalasHapusSalam kenal :). Iya ih..beneran keren sekolahnya. Yang jadi pertanyaan, model yg keren2 gini ga diadopsi oleh sekolah2 negeri ya? Jadinya jaman sekarang kalo mau yang keren kayak gini harus bayar mahal -_-
Duh maaf baru bales komentarnya. Ada bbrp hal yg diadopsi, seperti kelas akselerasi, adanya pengayaan, dll. Iya bener, sekarang mah mihil
Hapussekolahnya keren
BalasHapusBingits haha
HapusTeh sekarang sekolah nya masih ada kah?
BalasHapusTapi khusus anak dosen ya?
Eh apa Ini Lab School UPI tea?
Ga ada. Dulu ga khusus anak dosen, ada juga bbrp teman yg dari luar kampus. Ya, sekarang jadi Labshool UPI, tapi saya kurang tahu juga kurikulumnya seperti apa hehe
Hapus