Kamis, 08 September 2016

Aku dan PPSP-ku

 Jika orang bertanya, di mana kamu sekolah ketika SD?
Aku pasti akan menjawab di SD PPSP, dengan amat bangga.

Apa itu PPSP? Pasti ga banyak yang tahu. Tapi sekolah ini keren, sekeren-kerennya.. Haha.. maap, narsisnya keluar nih.
------

Sekolah kami memang spesial. Namanya PPSP, singkatan dari Proyek Perintis Sekolah Pembangunan.. Ga ada sekolah lain di Bandung yang bernama sama, dijamin.
PPSP adalah sekolah dengan jenjang dari SD sampai SMA, semacam laboratorium percobaan kurikulum dari IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Ada beberapa sekolah PPSP di berbagai IKIP se-Indonesia. Contohnya Jakarta, yang kalau tidak salah lalu bertransformasi menjadi Sekolah Labschol.

Lokasi sekolah di dalam Kampus IKIP. Sekolah kami punya kurikulum sendiri dan tidak menginduk ke Dinas Pendidikan.

Ingin tahu hal-hal keren dari sekolah kami? Berikut aku tuliskan beberapa.. beberapa ya…belum semuanya… hahaha..

1.       Tingkatan.
Seragam kami putih abu-abu, dari SD sampai SMA. Hemat, ga perlu ganti-ganti selama tuh seragam masih muat dan bisa pake lungsuran kakaknya (sudah menganut prinsip reduksi sampah dari sumber hahaha). SD hanya sampai kelas 5, jadi ketika yang lain baru naik kelas  6, kami sudah masuk SMP.
Dari SD ke SMP dan seterusnya tidak ada tes, wuiihhh bahagianyaa tanpa stress siga jaman kiwari. Lulus SD lalu lanjut kelas 1 SMP disebut kelas 6 dan seterusnya, jadi kelas 3 SMA itu disebut kelas 11. Dan ternyata nama jenjang tersebut sekarang dipakai  untuk sebutan kelas SMP dan SMA yaa.. jadi bukan kelas 1 SMP, tapi jadi kelas 7 dan seterusnya.

2.       Sistem Modul.
Kami belajar tidak memakai buku paket, tapi dengan sistem modul. Dengan sistem ini, guru menerangkan materi, kemudian siswa dituntut mandiri. Kami baca modul kemudian kerjakan tes sendiri bahkan periksa tes sendiri. Ada satu lemari besar di kelas tempat modul dan lembaran tes disimpan. Kami boleh ambil sendiri. Terkadang kemudahan ini jadi jalan untuk ambil kunci tes dan menyontek.. haha.. engga deeng... engga jarang maksudnya. Yang selesai satu modul lebih cepat daripada yang lain, boleh ambil lembar pengayaan. Semacam materi tambahan sambil menunggu teman-teman lain tuntas pada modul tersebut.

3.       Akselerasi
Terkait dengan sistem modul di atas, ada program percepatan atau sekarang dinamai akselerasi. Selain hemat 1 tahun di SD, juga ada program 2,5 tahun untuk SMP dan SMA. Pelajaran untuk 3 tahun dipadatkan menjadi 2,5 tahun (hemat 1 semester). Jadi jenjang SMP dan SMA bisa ditempuh dalam lima tahun. Satu kakakku dapat keuntungan ini, mestinya lulus tahun 1986 dari SMA, dia jadi alumni pada tahun 1985. Beberapa teman seangkatan juga dapat keuntungan serupa, hemat satu tahun. Mungkin juga program ini yang jadi cikal bakal program akselerasi.

4.       Kualitas Guru
Jaman dulu, ada guru atau wali kelas yang mengajar berbagai mata pelajaran. Sedangkan di PPSP, guru mengajar per bidang studi, jadi bukan guru kelas. Kami sudah dapat pelajaran Bahasa Inggris sejak kelas 4 SD, weitsss.. mana ada jaman itu anak SD bisa cas cis cus in English. Ibu gurunya cantik dan sabar banget, namanya ibu Lies, yang bikin aku jatuh cinta sama pelajaran ini. Akibatnya? Kursus di LIA LBIB dijabanin dari SMP sampai SMA, dari level Basic sampai Post-advanced. Hasilnya? TOEFL di atas rata-rata laah… *agul saeutik hahaha…

5.       Mapel Pilihan
Ada pilihan pelajaran ketrampilan selain PKK (mainstream kala itu). Bagiku itu asyik, karena aku ga doyan dan ga bisa jahit menjahit atau masak memasak. Aku pilih pelajaran Pertanian di kelas 7 dan Peternakan di kelas 8… Hahaha… jadi macul-macul menanam sosin terus panen dan piara burung puyuh yang mesti ditimbang tiap hari lalu dibuat laporannya.. Ahhh seruuuu…. Hal-hal seperti ini yang kini mungkin diadopsi di beberapa sekolah alam yang banyak didirikan di berbagai kota.

6.       Sekolah Dekat Rumah
Sebagian besar dari kami tinggal bertetangga di kampus yang sama. Usia rata-rata para dosen yang tinggal di kampus ini hampir sama, sehingga usia anak-anaknya pun hampir sama. Tidak heran, anak yang sulung di keluarga A, seangkatan dengan si anak sulung di keluarga B, dan seterusnya.  Berangkat sekolah, kami cukup berjalan kaki atau ada beberapa yang bersepeda. Sekarang ternyata sejalan sama pak RK yang mencanangkan sekolah dekat rumah sehingga si anak cukup pergi sekolah bersepeda ya.

Aaaahhhh... kesimpulannya KEREN lah pokoknyaaa.... setuju kaan setujuuu?...
So lucky us to have a chance going to that cool school, right Poreper?

*Poreper itu plesetan dari forever, berasal dari forever friend. Buat kami, bersekolah dasar di tempat yang sama bukan lagi pertemanan, tapi sudah persaudaraan…… *

-----

6 komentar:

  1. Halo Teh Ani,

    Salam kenal :). Iya ih..beneran keren sekolahnya. Yang jadi pertanyaan, model yg keren2 gini ga diadopsi oleh sekolah2 negeri ya? Jadinya jaman sekarang kalo mau yang keren kayak gini harus bayar mahal -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh maaf baru bales komentarnya. Ada bbrp hal yg diadopsi, seperti kelas akselerasi, adanya pengayaan, dll. Iya bener, sekarang mah mihil

      Hapus
  2. Teh sekarang sekolah nya masih ada kah?
    Tapi khusus anak dosen ya?
    Eh apa Ini Lab School UPI tea?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga ada. Dulu ga khusus anak dosen, ada juga bbrp teman yg dari luar kampus. Ya, sekarang jadi Labshool UPI, tapi saya kurang tahu juga kurikulumnya seperti apa hehe

      Hapus