Selasa, 27 September 2016

WORKS YOUR PASSION, Warna-Warni Profesi Yang Menginspirasi (ITB86)

Beberapa bulan lalu teh Annis, salah seorang sobatku, bercerita bahwa ITB Angkatan 86 sedang menyusun sebuah buku. Mendengarnya, aku langsung berminat.Hal pertama yang aku tanyakan adalah adakah alumni TL atau PL yang jadi bagian buku itu? Haha.. sentimen jurusan. Ternyata ada beberapa nama yang kukenal. Makin berminatlah aku.

Lalu ketika teh Annis memuat gambar sampul buku itu di grup WhastApp kami, akulah yang pertama tunjuk tangan dan mau pesan. Seminggu kemudian, buku itu pun sampai di rumah.

Dalam bayanganku, buku ini akan bercerita tentang berbagai profesi unik para alumni ITB 86 lalu kesan-kesan mereka selama kuliah di ITB. Yang intinya memberi motivasi kepada para pembaca, untuk sekolah setinggi-tingginya dan bekerja dengan passion , bisa sesuai bidang ilmu masing-masing atau bisa juga berbeda.

Okay, let’s read….

Pertama lihat sampulnya.
Sampul buku yang unik menurutku. Sederhana, simpel tapi ciamik. Sampul berwarna putih dengan gambar gajah Ganesha lambang kampus kami tercinta dengan variasi seperti polkadot.

Kedua, lihat Daftar Isi.

Buku ini dibagi menjadi beberapa bagian, sesuai klasifikasi profesi para alumni ITB 86 yang diangkat. Ada bagian PNS, Profesional BUMN dan swasta, Dosen dan Peneliti, Pengusaha, dan Profesi Spesifik. Yang paling menarik buatku di bagian Profesi Spesifik, ada dua alumni dengan profesi Ibu Rumah Tangga. Waahh cakep nih, karena kadang sebagian kalangan berpendapat Ibu RT itu bukan profesi, padahal yaa….. padahaal… itu profesi paling sibuuuk sedunia.

Begitu aku buka daftar isi, aku scanning dan tentunya cari nama-nama yang aku sudah kenal. Ahaa… ada nama Tubagus Furqon Sofhani. Salah seorang dosen favoritku ketika kuliah S2 di PWK ITB, mengajar Ekonomi Wilayah. Jika beliau ngajar, rasanya santai ga tegang, tapi banyak pengalaman dan wawasan yang aku dapat. Daan yang bikin aku lebih suka adalah aku dapat nilai A untuk matkul ini. Hahaha…

Profil pak Furqon

Berikut aku kutip beberapa bagian profil beliau yang menarik. Pada pembukanya, ditulis dosen dan guru adalah sama. bahwa peran dosen tidak hanya dengan transfer pengetahuan tapi juga turut membangun masyarakat yang berkarakter kuat. 

Profesi guru buat aku selalu menarik. Keluargaku adalah keluarga guru. Ayah dan ibuku adalah guru selama puluhan tahun sampai pensiun, mengajar sejak anak SR/SD sampai mahasiswa. Salah seorang kakakku dosen, lalu beberapa paman, bibi, dan sepupuku juga guru.

Sewaktu lulus SMA, ibu menyarankan aku untuk sekolah di IKIP dan menjadi guru. Pengalaman beliau, guru itu profesi yang cocok untuk seorang perempuan. Aku yang kala itu masih berjiwa muda merasa itu kurang asyik dan daftar ke ITB, kepingin jadi tukang insinyur (sok jumawa tea haha..). Baru belakangan aku sadar, terutama setelah punya anak, bahwa ibuku benar adanya. Aaahhh, mother’s thought is always wise.

Dosen dan guru, seperti tulisan pembuka profil di atas, semua berjasa, berperan mengantarkan seorang anak manusia menjadi lebih terdidik.

Karakter kuat adalah poin yang tak kalah pentingnya. Bagaimana para pendidik ikut berperan menyiapkan generasi muda yang kuat dan berkarakter, yang punya identitas, tidak hanya jadi pengekor bangsa lain. Inovatif, kreatif, dan mandiri.

---

Bagian selanjutnya, ditulis tugas apakah yang paling menantang bagi seorang dosen, terutama dosen ITB? Tantangan pertama adalah menjadi bagian dari komunitas ilmuwan yang turut serta memproduksi pengetahuan. Jika dosen hanya menyerap lalu menyampaikan pengetahuan, maka fungsi dosen tersebut seperti sebuah gudang, hanya menampung tetapi tidak memproduksi.

Setuju sekali, sepakat tanpa kecuali. Bukan bermaksud mengecilkan kemampuan atau kemumpunian sang dosen, tapi jika hanya terpaku pada buku-buku text atau teori rasanya ada yang kurang.

Buat aku, dosen yang menarik adalah yang bisa sampaikan gagasan, inovasi, ide-ide, atau pengalaman empirisnya. Lebih banyak yang bisa aku dapat. Selain tambahan ilmu tapi juga tambahan wawasan, spirit, atau pencerahan.

Lalu, ditulis tentang tantangan kedua yaitu menjadi bagian dari solusi masalah bangsa. Tidak hanya terkait kegiatan dalam kampus, tetapi juga permasalahan bangsa yang lebih luas, seperti kedaulatan pangan, kemacetan, permukiman kumuh, dsb.

Tulisan selanjutnya menguraikan tentang pengalaman beliau di Forum Jatinangor. Suatu forum yang mendorong proses perencanaan pembangunan yang melibatkan masyarakat secara lebih luas di Kabupaten Sumedang. Aku ingat dulu dalam beberapa kuliah, beliau sempat bercerita tentang forum ini.

Yap, ini juga sepakat tanpa reserve. Aku bekerja di pemerintahan daerah. Ada beberapa perguruan tinggi di sini. Tapi sayang sekali, peran mereka masih belum tampak. Bisa ada dua penyebab, si pemerintah sendiri yang tidak memberi ruang. Atau sebab kedua, sang perguruan tinggi juga tidak cukup berperan. Istilah lama yang sering dipakai, mereka seperti menara gading. Betul mereka menyampaikan segudang ilmu kepada mahasiswanya. Namun perlu ditelusuri lebih jauh, sejauh mana peran mereka dalam menjawab permasalahan bangsa ini.

Bisa aku sampaikan satu contoh kecil. Keluargaku asalnya dari keluarga petani. Aku sering berbincang-bincang dengan mereka. Ada satu hal yang telah lama menggelitikku. Begini ucapan mereka, patani mah ti jaman kapungkur dugi ka ayeuna nya kieu kieu we hirupna, teu jadi langkung sejahtera. Kaum petani dari jaman dulu ya begini-begini aja, kesejahteraannya tidak pernah meningkat.

Nah, di manakah peran perguruan tinggi selama puluhan tahun ini? Jika kesejahteraan petani tidak menjadi meningkat. Padahal katanya negeri kita ini akarnya adalah negeri agraris. Sedih dan miris rasanya.

Kata-kata lain yang menarik juga adalah: mengajar itu bukan menjelaskan pengetahuan yang terdapat pada buku teks kepada mahasiswa, melainkan lebih didasarkan atas kekayaan pengalaman riset dan pengabdian masyarakat bahkan pengalaman hidup sang dosen.
Teori-teori yang diajarkan tidak berasa di langit abstrak, tetapi nyata berpijak pada bumi masalah Nusantara. Ini ditulis di bagian akhir profil beliau.

----

Begitu ketemu momen yang tepat, profil dosenku ini akan aku ceritakan pada anak-anak. Bahwa sekolah tinggi itu tidak cukup untuk mendapat gelar dan kemudian bekerja. Ada banyak hal yang jauh jauh lebih penting. Salah satunya bagaimana kita berbagi dan bagaimana kita membawa manfaat bagi masyarakat.

*buku yang recommended

*doakan bisa bersambung tulisan tentang profil alumni 86 lainnya

5 komentar:

  1. Salam kenal ya teh.. Aku setuju teh, jadi orang pintar aja ngga cukup, memang harus bermanfaat.. Moga anak2 kita jadi manusia yg bermanfaat ya teh.. Amin

    BalasHapus
  2. kisah-kisah positif beginian yang perlu lebih sering kita bicaraken

    *lalu ngegosip lagi di grup wkkwkwkwk*

    BalasHapus
  3. Jadi pengen kenalan sama sang tokoh :)

    salam

    Okti Li (tehokti.com)

    BalasHapus
  4. "Bahwa peran dosen (dan guru) tidak hanya dengan transfer pengetahuan tapi juga turut membangun masyarakat yang berkarakter kuat."

    --- Setuju banget teh!

    BalasHapus