Minggu, 11 November 2018

Ikhlas adalah Koentji

Ikhlas...
Enam huruf. Dalam maknanya.
Satu kata yang 2 bulan terakhir tak henti Nina pompakan ke benaknya, bisikkan ke hatinya.

Ketika dokter menyebut indikasi keganasan di ovariumnya. Dokter keempat, setelah wara wiri berobat ke tiga rumah sakit & berusaha cari info akurat ke sana ke mari. Dokter kelima, yang menyimpulkan kemungkinan kanker. "Semoga masih stadium awal", begitu beliau menenangkan.

Kanker.
Walaupun dokter masih bilang kemungkinan, namun tetap saja kata itu membuat Nina tercenung tak percaya. Walaupun pernah saksikan beberapa kerabat terkena penyakit ini. Tapi tak pernah terbayang, pada satu momen, kata itu mendekatinya. Memang masih butuh beberapa tes penunjang. Tapi dua dokter terakhir itu tegaskan: harus segera tindakan operasi. Tak boleh ditunda-tunda.

Maka menangis bombaylah Nina. Langsung terbayang hal-hal mengerikan yang selama ini cuma ia lihat di media atau dari berita. Terbayang wajah anak-anak tercinta, yang masih jauh dari dewasa. Terasa maut seperti mendekat.

Beruntung, Nina dikelilingi sahabat-sahabat baik. Yang Ia kirimkan untuk mau mendengarkan curhatannya dan tak putus mendukungnya.

"Jalani pengobatan dengan gembira. Hari ini habiskan tangismu. Besok mulailah pengobatan."
"Sakit itu harus dihadapi dengan dua kata. Santai dan serius. Santai menyikapinya, bertawakallah, karena ujian dari Allah pasti akan Ia mampukan kau hadapi. Serius jalani pengobatan, karena sebaik-baik ikhtiar mesti kau jalankan."
"Kalo butuh temen ngupi2 cantik ngobrol ketawa ketiwi, just call us."
"Yakinkan dalam hati bahwa kamu bakal sembuh, atas ijin-Nya."
"Bersyukurlah Nin, Allah sedang memberimu lampu kuning. Jadi kamu diingatkan. Kalo basa Sunda na mah: henteu tonggoy we terus ngurus duniawi."

Sebagian kata-kata penghiburan dari sahabat dan kerabat. Yang mampu kurangi beban di hati.

Satu lagi, suami yang amat sangat suportif. Selalu mau dengerin keluh kesah. Selalu siap dengan pelukan kala mental lagi turun, Tak terpancing marah ketika Nina mulai uring-uringan.
"Ikhlas.. tawakal ya sayang." Kata-kata itu yang selalu dibisikkan di telinganya.

Allah sedang rindu kamu mendekat, Nin.
Nina mencoba introspeksi:
"Selama ini, aku terlalu sibuk dengan urusan duniawi. Telah berkali-kali Allah menjewer, aku sadar, mendekat namun lalu menjauh lagi."
"Mulai sekarang aku harus berusaha ikhlas. Pasti di sana sini masih dihiasi linangan air mata. Pasti tak mudah, tapi Insya Allah aku bisa. Semoga Allah mampukan aku menjalaninya."

Nina bertekad untuk semangat dan jalani pengobatan dengan sabar. Insya Allah aku bakal sembuh, harapan yang senantiasa dihembuskan di setiap helaan nafasnya.

Ikhlas adalah koentji.

Hasbunallah wa ni'mal wakil.


Selasa, 30 Oktober 2018

Mencoba Menghitung Ni’mat


Kala ditimpa musibah atau cobaan, sering aku merasa paling malang sedunia. Dikasih sakit sedikit, merasa sakit parah banget. Dikasih kesulitan rejeki, langsung merasa paling miskin. Dikasih masalah sedikit, buru-buru curcol ke sana kemari cari-cari pelampiasan bukannya cari solusi.

Padahal jika sebentar saja merenung, sebetulnya cobaan aku itu ga seberapa dibandingkan orang lain di luar sana. Di sisi lain, betapa tak berartinya cobaan yang mungkin cuma seupil itu dibanding nikmat yang jauuhh lebih banyak lagi.

Jadi, baiklah aku coba menghitung nikmat yang telah Allah karuniakan. Dimulai dari keluarga.

Suami
Sewaktu menikah, kami tidak melewati masa pacaran. Minggu ini dia datang ke rumah, 2 minggu kemudian melamar, bulan depannya akad nikah. Suamiku orangnya pendiaaam bangeet, plegmatis. Sementara aku makin lama makin keluar sifat sanguinnya. Hehe betul adanya ya kalo pasangan itu saling melengkapi.

Dia idak merokok, tidak pernah bertingkah aneh, tidak pernah punya satori dengan perempuan lain, ga pernah neko-neko. Mau berbagi segala hal, bantuin masak (nasgor Ayah favorit anak2: katanya enyaakk), momong anak (waktu kecil mandiin nyuapin sebisanya) dan sebagainya.

Aahhh, pokona kesimpulanna bageur.
Nikmat pertama.

Anak-anak
Kami diberi amanah dua anak laki-laki. Yang sulung baru masuk kuliah Agustus lalu, yang bungsu kelas 2 SMP. 

Sejak SD, keduanya dikenal guru-guru sebagai anak baik & tak pernah bermasalah. Setiap bagi rapot, aku selalu bertanya pada walasnya: apakah mereka ada masalah dalam akhlaknya, interaksi dengan teman dan guru. Jawaban para walas selalu tidak ada bu. Pelajaran secara umum bisa mengikuti, ekstarkurikuler juga cukup aktif, dan beberapa kali dapet kesempatan ikut lomba ini itu mewakili sekolahnya.

Karakter mereka bisa dibilang mewarisi campuran antara aku dan ayahnya. Si sulung pendiam seperti ayahnya tapi kalo belanja mirip aku haha. Yang kecil periang kayak aku tapi selalu hemat persis ayahnya.

Buat kami, mereka anugerah terindah yang tak ternilai. qurrota a'yun.
Nikmat kedua.

--

Ternyata baru mengingat dua nikmat saja, sudah lebih dari 1 halaman tulis ya. Jadi betul adanya, setiap cobaan atau musibah itu hanya setitik debu dibandingkan berjuta nikmat yang telah Ia anugerahkan kepadaku.

Jadi Ani, sadarlah: setiap kamu diberi ujian, itu karena Allah sayang kamu. Allah rindu kamu berdoa, memohon hanya pada-Nya. Allah ingin kamu naik kelas.

Senin, 22 Oktober 2018

REFLEKSI DARI REFLEKSI


Sudah beberapa bulan ini, badan rasanya ga karuan. Cepet capek, kerasa lambung, nyeri2. Bolak balik ke dokter dah eike. Macem-macem obat mulai masuk badan: obat lambung, anti nyeri. Tapi kok nih sakit ilang timbul yak.

Sebenernya aku sadar apa pangkal para penyakit ini bersarang. Pikiran. Yak, mamak2 baperan macem eike ini, kalo pikirannya udah mulai bercabang, nah mulai dah tuh badan protes, sagala karasa atawa dirasa mun ceuk urang Sunda mah.

Sekitar tiga tahun lalu, aku pernah terserang vertigo. Lumayan parah dan memaksaku ga bisa ngantor. Konsul ke dokter syaraf mungkin udah semua RS di Bogor aku jabanin. Obat yang dimakan ya sekitar itu-itu juga: pereda nyeri. Gejalanya memang berkurang, tapi kayak belum tuntas. Lalu ada info seorang teman tentang klinik Weelagre yang menyediakan jasa refleksi, akupunktur, dan bekam. Setelah sekitar 2 bulan rutin refleksi dan akupunktur, vertigo ku pun sembuh.

Salahnya aku, setelah merasa sudah membaik, aku berhenti total terapi. Padahal mestinya, terapi tetap dilanjutkan sebulan sekali. Tujuannya untuk pencegahan penyakit dan menjaga sirkulasi darah tetap baik. Tapi peureusnya etaaa yang bikin rada males hehehe. Peureus itu suatu kata dalam basa Sunda, yang menurutku adalah perpaduan antara rasa perih dan nyeri. Nikmaatt daah pokoknyaa.
---

Setelah menimbang-nimbang, aku berfikir kayaknya mesti mulai refleksi lagi nih. Gapapa deuh rasa peureus itu aku tanggung lagi, semoga jadi bantu jalan kesembuhan. Plus akupunktur kalo perlu. Setelah dua kali gagal dapat jadwal terapi di rumah, hari minggu kemarin aku berhasil dapat jadwal. Jam 9an sang terapis datang ke rumah. Ternyata si teteh yang biasa pegang aku waktu vertigo dulu itu.

Sambil membaca basmalah dalam hati, terapi pun dimulai. Duh duuuhh ternyata peureusnya sodara-sodara hampir ga ketahan. Mungkin akibat terlalu lama tak terapi plus sudah jelek sirkulasi darah di tubuhku, jadi rasa sakitnya lumayan. Si teteh cuma cengar cengir liat aku kesakitan. Sampe keluar keringat dingin plus tangan rada gemeteran. Ngobrol bu ngobrol supaya ga terlalu kerasa sakitnya. Gitu kata dia.

Mulailah dia ngoceh ngalor ngidul. Si teteh ini single parent, suaminya sudah wafat beberapa tahun lalu. Anaknya ada 4, yang sulung sudah tamat SMK. Yang ke2 dan ke3 di pesantren setingkat SMP di daerah Ciapus, yang bungsu kelas 4 SD. Jadi dia menghidupi empat anak yatim, menjemput rezeki dengan menjual jasa refleksi dan totok disambi berjualan.

Lalu cerita, tiap Rabu dia ikut kajian plus belajar bahasa Arab rutin di rumah bu A di perumahan Yasmin. Ustadznya lembutt banget, baik hati, ga pernah maksain pendapatnya paling benar. Kalo dia cerita susah nih ustadz, pasti dimotivasi iya buu pelan pelan aja.

“Nih bu di sini titik jantung” wadaaww aku meringis lagi. Nih di sini kepala, ibu banyak pikiran yaa. Nih titik ke rahim. Sambil menahan sakit, aku nyengir ga jelas.

Lalu aku tanya, dulu gimana belajar refleksi teh?
Ya diajarin, setiap titik di telapan kaki itu terhubung ke syaraf organ apa. Lalu kalo lebih detil lagi, dibagi zona itu bu, organ-organ tubuh teh. Lieur lah bu kalo teorinya mah. Hehe aku tersenyum jadinya, si teteh polos.

Masya Allah ya bu, begitu maha besarnya Allah. Setiap titik dalam tubuh kita ini terhubung satu dengan lainnya, dengan fungsi masing-masing. Jadi kalo lagi sakit itu jangan terlalu dipikir. Diinget-inget aja masih banyak banget nikmat lain yang Allah kasih.

J L E B...

Kemarin, aku dapet hikmah refleksi dari si teteh terapis refleksi.

Alhamdulillaahh..

---

Berikut kutipan manfaat Refleksi:
Mengapa pijat refleksi?
Sejak 4.000 tahun lalu di China dan pada zaman mesir kuno Pijat Refleksi sudah dilakukan Pijat refleksi menurut Rosanna Bickerton, ahli pijat refleksi, akan lebih efektif dan cepat dalam mengurangi gejala penyakit tertentu. Para ahli refleksi percaya bahwa penyakit yang diderita pasien disebabkan tersumbatnya saluran energi atau meridian tubuh. Sumbatan ini menghalangi aliran kehidupan melalui energi, yang biasa dikenal sebagai ‘Chi’, sehingga menyebabkan bertambahnya energi negatif, dan menghasilkan nyeri atau penyakit.

1. Mengurangi Kegelisahan
Sering merasa gelisah? bisa mencoba lakukan pijat refleksi. Hal ini karena sebuah penelitian menunjukkan bahwa pijat refleksi mampu membantu kondisi psikologis yang terganggu. Maka, hal ini berhubungan dengan mood Anda secara tak langsung. Setelah refleksi, maka Anda akan merasa lebih rileks.

2. Mengobati Kanker
Titik-titik yang ditekan pada saat pijat akan mempengaruhi kerja organ pada tubuh. Hal ini mampu membantu pasien kanker untuk meningkatkan nafsu makan, mencegah kelelahan, gangguan tidur, gangguan pencernaan hingga mood atau suasana hati. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa 87 pasien kanker yang melakukan pijat refleksi merasakan sakit yang lebih sedikit.

3. Melancarkan Peredaran Darah
Ada satu titik di telapak kaki yang berhubungan langsung dengan jantung dan pembuluh darah. Maka, jika pijat refleksi dilakukan secara benar, maka akan mempengaruhi fungsi jantung dan kesehatannya. Hal ini dikarenakan efek dari tekanan yang diterima saat refleksiologi sam dengan refleks baroreseptor yang ditimbulkan tubuh untuk mengontrol fungsi jantung.

4. Baik untuk Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Sebuah studi menunjukkan bahwa ada hubungan antara pijat refleksi dengan penderita diabetes. Pasien diabetes yang rutin melakukan pijat refleksi ternyata memiliki kadar darah yang terkontrol dan mengalami komplikasi yang lebih sedikit.

5. Meredakan Sakit Kepala
Dengan pijat refleksi ternyata juga mampu meredakan sakit kepala. Sebuah penelitian menunjukkan sebanyak 81% pasien yang mengalami sakit kepala melakukan refleksi selama 3 bulan dan hasilnya mereka mengurangi hingga menghentikan penggunaan obat sakit kepala.

6. Melepaskan Racun pada Tubuh
Pijat refleksi mampu meningkatkan fungsi kandung kemih dan mengurangi masalah pada salurah kandung kemih. Hal ini akan berpengaruh pada sistem toksisitas tubuh menjadi lebih baik untuk menghilangkan racun pada tubuh. Maka, racun-racun dalam tubuh akan keluar dan akan lebih sehat.

7. Mempercepat Penyembuhan
Saat pijat refleksi maka terjadi peningkatan aktivitas saraf, peningkatan sirkulasi darah dan keseimbangan metabolisme. Sel-sel bisa tumbuh lebih cepat yang menjadikan penyembuhan luka lebih cepat.

Senin, 15 Oktober 2018

Para Aa di AG 2018


Ketika euphoria Asian Games mulai memanas di media social, aku mulai terpengaruh keseruannya dan rajin menyimak cerita di balik persiapannya. Lalu di satu grup WA, muncullah postingan tentang defile obor Asian Games di Bogor, lengkap dengan rutenya. Cling, terseliplah di list itu di nomor 13 (haha masih inget doong), satu nama: Chico Jerico. Ya ampooon, ci kasep ternyata ikutan jadi pembawa obor. 

Iseng2 aku forward info itu ke grup emak2, dengan ajakan hayok siapa yang mau nyegat aa Chico bareng akuuuu... Haha mulai deh sahut2an komentar para emak. Sebetulnya aku ga ngefans banget sama Chico, cuma kalo bisa foto bareng lumayan juga kali yee buat portofolio (demi apaahhh hahaha .....).

Sehari sebelum pawai obor itu, tak dinyana tak disangka ternyata ada juga temen di grup yang pengen lihat tuh obor. Jangjian lah mereka sambil sarapan bareng. Eh tiba-tiba cling muncullah satu foto di grup. Tahukah kamuuhhh.. Ternyata foto dua temanku itu bersama siapaaahh? Chico Jericho... OMG. Serasa aku ditikam dari belakang (wakakak lebaayyy...). Aku yang semangat ngajak, kenapa juga mereka yang udah sukses foto bareng.  

Tah jadi we ceuceu yang tadinya anteng2 aja jadi panas. Jreng jreng dan aku pun ikut keluar dan ikutan mantau udah sampe mana tuh si api obor.

Dan sampailah aku di Gedung Bunder tempat etapenya si Aa Chicho. Luak lieuk tapi belum ada penampakan si kasep. Eh tiba-tiba terdengar sirine polisi.. naah berarti si pelari mau datang nih. Ternyata mereka menumpang mobil terbuka semacem bandros kalo di Bandung mah. Pas dia turun, pelan-pelan aku deketin. Sambil melipir-melipir rada serem sama pengawal yang galak banget (iihhh biasa wae atuh teehh). Daan inilah hasilnya, tilimikicih kaka Annis dan kaka Ami.... Wakakakkk... watir pisan nya pose aku, maksa abiizzz...

bersama Aa Chico (nyempildotcom)

Asian Games pun dimulai. Satu cabang yang paling dinanti para pemirsah adalah badminton alias bulutangkis. Dan satu nama mencuri nafas mamak2 yaitu siapa maaaak? Aa Jojoooo.. haha...
Foto Jojo yang paling ngehitz adalah ketika dia buka baju dan nampak jelaslah six pack ituuu. Awas ya jangan ketuker sama Jojo Joshua Suherman: diobok obok airnya diobok obok. Kabarnya Joshua sempat meradang karena para netizen salah mention akun twitternya haha (gapentingjugasih).

Ada juga Aa Ginting, yang perjuangannya mantaappss!!! Tak kenal menyeraaaah!!! Walopon satu kaki sudah cedera sampe terlihat lurus kaku ga bisa digerakin lagi. Teruuss ajaa dia coba melayani pukulan1 sang lawan. Huibaat semangat juangnyaa..

Yang aku suka dari kedua aa atlit jagoan badminton ini adalah semangatnya, tak kenal menyerah, tapi teuteup rendah hati, ga jumawa, sportif. Karakter seperti inilah yang perlu banget dimiliki anak muda jaman now.

Tapi eh tapii... di hatiku mah teuteup ada si Aa iniihhh, ever n ever!! Sampai kapanpuuun.... Walopon dia pernah mencatat suatu record yang rada gimana gituuuu. Tapi gimana atuuhhh, hati eikeh tak bisa berpaling. Dia ikut nyanyi salah satu theme song AG 2018 dengan suara khasnya yang serak serak seksih. Aawwww auranyaaa ga ku kuuu mamaaak... lihatlaah...


Gambar terkait

Minggu, 16 September 2018

H2C Kayak Adegan Sinetrong


Akhirnyaa... ngerasain juga gimana deg2annya nungguin pasien operasi, kayak adegan sinetron hehehe..

Duluuu kalaa, ketika masih ikut ngeliat sinetrong, which is (ala anak Jaksel) udah lebih dari 5 tahun ga pernah liat lagi, ada banyak adegan yang bikin heran sendiri. Salah satunya adegan ketika si pemain nunggu siapanya gitu yang lagi dioperasi. Mondar mandir ga karuan, duduk salah berdiri salah, pasang akting gelisah dll dst. Eh ternyatah diriku ngalamin juga hal serupa minggu lalu ketika suami operasi hernia. Ya ga separah adegan sinetron sih hehe tapi deg2annya itu lumayan juga bikin keder.

Bermula ketika setelah Idul Adha, c Ayah mengeluh sakit perut bagian bawah. Dia yang biasanya kuat nahan sakit dan susah banget disuruh ke dokter, kali itu inisiatif sendiri ke dokter umum. Diagnosa awal hernia dan mesti dirujuk ke dokter bedah. Kaget yang pertama buatku.

Lalu pergilah ia ke dokter bedah, sendirian karena waktunya jam kerja ketika sang istri mesti ngantor. Dan sang dokter langsung instruksi operasi, diminta cek darah dan rontgen plus dirujuk ke dokter jantung. Kaget yang kedua untukku.

Eh tapi itu sorenya c ayah ngobrol ke aku, meni santai gitu: dokternya nyuruh operasi. Sampai aku tanya besokannya: emang Ayah ga takut mau dioperasi? Dia nyengir aja dikit, mun basa Sunda na mah: seuri maur.

Setelah hasil cek darah dan rontgen plus acc dari dokter jantung keluar, maka dokter jadwalkan Ayah operasi. Aku mulai tanya2 temen barangkali ada pengalaman serupa, tapi belum dapet tips2 yang cukup membantu.

Kontrol kedua aku ikut nganter ke dokter, cuma pa dokter bedahnya kurasa kurang komunikatif. Dan mungkin untuk skala bedah, operasi hernia termasuk operasi ringan, jadinya pak dokter santai aja. Secara di keluargaku, belum pernah ada yang ngalamin operasi akibat suatu penyakit. Makin dekat ke jadwal operasi mulai tuh kerasa deg2an.

H-1 pasien diminta mulai rawat inap buat persiapan. Ukuran tekanan darah yang biasanya normal, ketika itu jadi sedikit naik. Sambil nyengir sang suster bilang: bapak mungkin stress ya mau operasi. Mulai masuk ruang operasi jam 10 pagi besoknya, perawat di situ kasih info operasi sekitar 2 jam. Aku perkirakan berarti waktu Dluhur Ayah bisa keluar ruang operasi.

Begitu Ayah masuk ruang operasi, aku menuju masjid. Beruntung rumah sakit ini punya masjid yang bersiiihh. Sekitar sejam aku di situ, ngadu’a sabisa-bisa, buat keselamatan suami tercinta. Jam 11an, aku balik ke dekat pintu keluar ruang operasi. Ada 1 bapak yang juga duduk di situ, kami bertukar sapa sekilas, beliau sama juga tunggu keluarganya keluar. Lalu muncul satu persatu keluarga pasien lain yang juga dioperasi siang itu.

Jam 12.. setengah 1, jam 1. Mulai deh gelisah, keringat dingin keluar satu-satu. Kok belum keluar yaa. Satu-satunya tempat curhat ya c Kaka. Aku wasap curhat: ayah udah 2 jam belum keluar juga, ibu khawatir kenapa-napa. Bersyukur, dia bisa menenangkan ibunya walopon sedikit hehe..
Dalam hati bergumam, semoga ga ada masalah di dalam. Aku pun balik ke masjid untuk shalat Dluhur.

Balik dari masjid, masih berderet penunggu pasien dan belum ada pasien yang keluar. Jam setengah 3 baru satu pasien wanita keluar, lalu suster panggil: keluarga pak Baihaqi. Aku langsung memburu ke pintu, nampak c Ayah terbaring dengan pakaian operasi. Alhamdulillaah udah sadar.

Langsung didorong menuju kamar inap lagi, kupegang tangannya dingin banget. Di kamar, Ayah cerita sambil nyengir: dingin banget tadi dua jam udah pake baju operasi yang selembar tea, dan pak dokter baru datang setelah adzan Dluhur. Pantesaan lamaa di dalemnya.  Ada empat pasien berjejer, pak dokter pindah-pindah dari satu pasien ke pasien lainnya. Duh sakti kitu nya padok.

Apakah ini salah satu nasib pasien BPJS? Hehe tanya kenapa.


Kamis, 30 Agustus 2018

Lapakmu Candu Untukku (1)

Cerita Paket.

“Pakeett....” terdengar teriakan si babang kurir.
Jenab mengkeret di kamar, ga berani bersuara.
“Deee, itu ada tukang paket, coba terima”, terdengar suara Dul, suaminya, memanggil anaknya.
“Kamu beli apa lagi sih? Itu yang minggu-minggu lalu juga masih numpuk belum pada dibuka.” Tiba-tiba Dul sudah masuk kamar.
Jenab nyengir aja ga bisa ngomong apa-apa, dalam hati sambil ngaku kalo dia belanja terus.

Begitulah yang terjadi selama sekitar 6 bulan ini.
Jenab kecanduan belanja, tapi bukan belanja ke mall atau ke pasar.
Yap.
Kayaknya aneh banget yak.
Jenab yang terkenal jutek dan punya idealisme tinggi baik dalam mengurus keluarga maupun bekerja di kantor, bisa kecanduan sesuatu.
Semua bermula ketika ia bergabung ke suatu grup ibu-ibu muda. Di grup itu, dibuka dua hari dalam seminggu buat anggotanya buka lapak masing-masing. Namanya Hari Lapak. Di situ ditawarin beraneka produk, mulai dari makanan beku, cireng, baju anak, mukena, kurma, powerbank, kosmetik, sampai baju dalem bahkan motor dan mobil. Mulai dari barang baru maupun sekon alias bekas layak pakai tea.
Daan, tahukah Anda. Kayaknya Jenab pernah beli hampir semua produk itu. Waktu mau Lebaran, dia belanja mukena dan kurma. Makanan beku sejenis naget dan sosis juga pernah.  Baju anak apalagi, udah berkali-kali. Kosmetik juga, setelah sempat grup bahas tentang pentingnya skincare.
Begitu lapak dibuka, dia langsung tergoda sekrol ap sekrol daun. Daaan kok adaaa aja barang yang merasa dibutuhkan, barang yang lucuuu, barang yang unik. Daan ketik: mau, booked, kadang kayak otomatis gitu. Wakakak.....

Keanehan kedua adalah ketika paket datang, Jenab ga minat buat membukanya. Aneh banget kan? Belanjanya semangat tapi abis barang datang, ga penasaran. Jadi bertumpuklah paket itu di meja bulat sebelah ruang tamu. Kadang, paket2 itu Jenab sembunyikan di lemari bagian bawah supaya Dul ga tahu. Bahkan terakhir, alamat pengiriman paket dipilih ke kantor. Apa sebab? Ya itu supaya suaminya ga ngomel misah misuh.

Begitulah Jenab, yang sedang keranjingan belanja online alias olshop.
Lanjuuutt bagian 2.

Selasa, 17 Juli 2018

Mulai dari Sekarang... Yuk yaa yuukkk...

Pengurangan sampah itu menurutku seperti salah satu prinsipnya Aa Gym: mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil, dan MULAI DARI SEKARANG!!!!


Kenapa? Karena kalo ga mulai dari tiga hal itu, tahu-tahu kita terlambat lhoo.. Aku sih ga mau nanti anak cucuku ga bisa nikmatin main di pantai akibat pantainya udah penuh sampah, atau beli air makin mihil karena sungainya makin tercemar sampah.

Salah satu kebiasaan kecilku sejak beberapa tahun ini adalah selalu bawa bekal botol minum ke manapun aku pergi. Ke kantor, main sama anak-anak di wiken, pergi ke luar kota.
Berikut beberapa foto waktu aku rapat alias "meeting" di hotel, dan merasa keren keukeuh dengan botol minum bekal sendiri..uhuuyyy....





Pasti udah pada tahu dong gunanya kita bawa bekal minum sendiri. Tapi kali-kali aja nihhh kali aja ada yang belum tahu atau belum nyadar tentang manfaatnya, sini ya ceuceu kasih beberapa hehe:

1.       Mengurangi sampah plastik
Jaman now, orang-orang makin pengen serba praktis. Buat minum juga sukanya tinggal beli Air Minum dalam Kemasan (yang menurutku mestinya singkatan AMK hihi), yang sekarang makin gampang didapet. Dari mulai supermarket, mini market, sampai warung pinggir jalan juga pasti jual. Satu gelas berukuran 250 ml cuma seharga seribu rupiah, lumayan ngurangin haus, sampahnya? Tinggal plung ke tempat sampah kalo pas nemu, atau kalo ga nemu, tinggal lempar aja ke selokan atau ke mana kek. Kaga peduli dah, yang penting gue kaga haus lagi. Ga usah dipikirin tuh sampah trus masuk ke sungai trus ramai-ramai berenang sampai ke lautan trus sebagian masuk ke perut ikan trus ikannya kita makan.
Menurut teman-teman, ketidakpedulian kayak gini termasuk kategori apa yaa?

2.       Melestarikan sumber daya alam
Pasti udah pada hafal kan waktu pelajaran IPA, sumber daya alam itu terbagi dua, yang renewable (bisa diperbaharui) dan non renewable (tak bisa diperbaharui). Contoh SDA kategori pertama itu air. Air di sini luas banget ya dari mulai mata air, air tanah, air permukaan (sungai, danau, laut). Nah, walaupun air bersifat bisa diperbaharui, tapi kalo kita ga berperan dalam melestarikannya, jangan marah kalo nanti anak cucu kita beli air makin mihil. Sampah yang kita buang sembarangan pasti ujung-ujungnya bakal mencemari lingkungan: air, tanah, udara, dll. Walaupun air itu tetap melalui siklus hidrologi namun lama kelamaan kualitasnya makin buruk dan kuantitasnya makin tidak seimbang antara musim. Duh duh kalo aku sih sedih banget lhooo...

3.       Merasa keren
Kalo yang ini mungkin khususon buat aku mama2 sedikit narsis. Jujur aku merasa keren ketika ke mana-mana nenteng tumbler atau botol minum. Botolnya sekarang lucu-lucu berbagai warna dan bentuk. Dan kalo sekali waktu lupa, itu rasa bersalah dalam hatinya bisa terus kebawa sampe balik ke rumah lagi. Suami dan anak-anak pun kalo pergi pasti saling ngingetin buat selalu bawa botol minum, sekalinya ga bawa komentar mereka: yaakhhh...kok kita bisa lupa...

Itu yaa sedikit hal positif yang bisa kita sumbangkan ketika kita mulai mengurangi sampah, mulai dari hal-hal kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang.
Yuuuk aaah kita mulai biasakan yaa teman-teman, akang teteh, adek kakak, uni uda, mbak mas, tante oom, uwa, encing encang, ete.... Peelisss atuuh laaahh, stop kebiasaan ga peduli lingkungan dan bumi.

Kamis, 05 Juli 2018

Tak Mudahnya Memilih Cita


3 Juli 2018, jam 15.52
Panggilan Whatsapp dari Kakak
“Hallo, assalamualaikum. Kaa, gimana?”
“waalaikum...salam... buu...”
Hening, lalu terdengar suara isak. Duh, langsung deg deg plas.
“ya nak”
“Kaka... jadi.. kuliah.. di Bandung..” terbata-bata..
“alhamdulillaahh... ya Allah wa syukurillahh.” Tak terbendung air mata ini.
“Kaka sujud syukur dulu.”
“makasih yaa cuuu.. ya Allah ar Rahmanirohim”.

Begitu telpon ditutup, duh rasanya plooong hati ini, walopon lutut langsung lemes hehe.
Hari itu pengumuman SBMPTN, dan Kaka diterima di pilihan pertamanya: Planologi ITB. Sampai sekarang, rasanya masih mimpi. Allah Maha Baik Maha Penyayang Maha Pengasih, berkenan mengijabah doa kami. Doa yang kami panjatkan di setiap sujud kami, setelah shalat, sepanjang bulan Ramadlan. Bahkan di luar waktu-waktu itu, do’a khusus buat dia selalu aku bisikkan.
----

Arkeolog.

Begitu selalu jawaban Kaka ketika ditanya cita-citanya sejak SD. Dan sampai sekarang aku dan ayahnya masih bingung darimana ide itu dia dapet. Kami berdua sama-sama lulusan sekolah teknik, Aki Eni dan uwa2nya banyak jadi guru, konsultan, atau PNS. Dalam keluarga besar kami, tidak ada satupun yang punya profesi deket-deket arkeolog.

Mungkin akibat waktu balita aku sering belikan buku-buku sains. Ga sadar, buku-buku yang aku beli ternyata banyak bercerita tentang dinosaurus, manusia purba, penelitian situs dst lengkap dengan gambar berwarna warni tea. Plus majalah Kuark ketika SD lalu National Geographic ketika SMP yang juga jadi bacaan favorit dia.

Berlanjut ke hobinya ketika kecil masuk museum. Ini juga bukan hasil maksa-maksa haha aneh yaa. Sementara anak-anak sebesar dia mungkin lebih suka main di mall, dia sukanya ngajak ke museum. Semua museum di Bogor rasanya sudah kami sambangi (kecuali museum yang baru kayak museum Presiden), termasuk museum Peta yang udah “rada ladu” haha plus tiket masuknya kalo ga salah cuma dua rebu. Museum Zoologi pernah kami kunjungi dua kali dan dia ga bosen tuh.

Masuk SMP, kalo ngobrol-ngobrol ringan dan ditanya cita-cita, masih Arkeolog. Hehe dalam hati, hebat juga ini anak persistensinya. Padahal dari buku-buku sains yang pernah dia baca, ada banyak profesi yang menarik juga. Seperti astronomi, kedokteran, ilmuwan, dll. Tapi eta masih keukeuh arkeolog.

Aku ga pernah melarang. Selama cita-cita itu baik, pasti kami dukung. Cuma uwanya yang rada “nyureng”: arkeolog? dengan muka bingung hahaha..  Tapi sekilas, aku sudah mulai kasih gambaran bahwa profesi arkeolog bukan profesi yang umum. Kalo Kaka mau jadi arkeolog, maka Kaka usahakan jadi arkeolog yang serius dan kalo bisa jadi “extraordinary”.

Nah pas masuk SMA mulai deh tuh kegalauan menimpa. Masuk SMA harus langsung pilih jurusan IPA atau IPS. Arkeolog itu sebaiknya masuk IPS, karena jalur masuk PT-nya dari Sosial. Cuma hasil dua kali psikotes, kesimpulannya Kaka berbakat di sains tapi yang lebih “IPA”, rekomendasinya malah masuk kedokteran atau insinyur. Nah lho kan bikin galau.

Aku bilang, Kaka kalo memang serius masih minat arkeologi ya gapapa masuk IPS. Tapi jangan terjebak stereotype (yang salah banget) tentang anak2 IPS yang santai suka hura2 dll. IPS juga tetep kudu serieus dan bisa berprestasi. Aku cerita dulu punya temen SMA yang pinter dan sebetulnya bisa masuk kelas IPA tapi keukeuh milih IPS karena memang minatnya ke situ.

Tapi ayahnya yang rada protes, untungnya ngomongnya ke aku ga langsung ke anaknya. Gini dia bilang: masuk IPS kan jurusan yang bisa dipilih terbatas, Bu. Dan kayaknya ga cocok buat c Kaka. Aku berusaha menengahi: ya tapi kan kita ga boleh maksa anak, Yah.

Buat nambah ikhtiar, aku menghadap bu guru BK. Beliau cukup bijak, memberi saran kalo memang mau coba masuk dulu aja ke salah satu, karena ada kesempatan tiga bulan buat semacam orientasi. Habis itu masih boleh pindah jurusan. Kelas IPS di sekolahnya ternyata solid dan kompak banget. Dan tetep banyak prestasi.

Setelah diskusi, akhirnya Kaka putuskan untuk pilih jalur IPA. Waktu itu dia sedikit bergeser minat ke paleontology yang persepsi kami itu subnya bidang geologi. Dan ternyata dia lumayan bisa ngikutin pelajaran. Alhamdulillah.
--

Pilihan kuliah.

Masuk kelas tiga, mulai deh kami berdiskusi lagi hahaha keluarga macam apa ini apa-apa diskusi. Cape kali ya orang liatnya hahaha. Tentang pilihan jurusan di PT nanti.

Waktu itu sudah mulai pendataan untuk SNMPTN alias jalur rapot tea. Tiba-tiba dia bilang: mau milih TL, pengen kayak ibu. Haha, ini akibat doktrin alumni TL di rumah kayaknya. Dari mulai SD ketika belajar PLH, mungkin dia “terpesona” dengan gapenya sang ibunda menerangkan tentang pencemaran lingkungan. (hahaha *kibasjilbab). Lalu bawelnya aku yang selalu hemat energy macem “matikan lampu kamar kalo ga ada orang”, diet plastik : kalo jajan nasi kuning harus bawa wadah dari rumah, sekolah selalu bawa tumbler dan bekel makan siang, supaya ga usah beli AMDK dan jajan. De el el de es te. Hahaha ternyata betul yak emak2 emang paling berperan kalo urusan mendoktrin kayak gini..

Pilihan pertama FTSL, pilihan kedua Kimia. Yang Kimia kayaknya hasil merayu ikutan Open House Kimia ITB sekitar Agustus tahun lalu. Hasil janjian sama dua teman sesama alumni yang kebetulan sama-sama mahmud. Acaranya lumayan menarik, ada banyak stand demo praktikum kimia yang menarik kayak gunung berapi, lalu tour ke lab-lab di jurusannya. Ga ada foto anaknya yang bisa diposting karena waktu itu emaknya bertiga yang sibuk popotoan hahahaha..

Di lain waktu ngeriung santai lagi, aku tanya gimana Ka apa aja alternatif pilihan jurusannya. Geologi yang waktu itu sempet minat ternyata engga lagi. FTSL engga lagi juga hahaha dia udah keder kali yak. Sempet bilang juga minat Teknik Kimia, yang ternyata kudu kuat di mapel Fisika. Aku bilang, coba browsing-browsing di situs2 PT atau tanya-tanya ke alumni, soalnya ibu kan udah kejauhan angkatannya, pasti jurusan udah berkembang. Dan jawabnya cuma iya. Coba liat-liat tentang jurusan Geografi, di UGM kan bentuknya fakultas dan udah jurusan lama.

Oya, aku pernah diklat di UGM selama tiga minggu, dan setelah kampusku sendiri, aku mulai jatuh cinta pada kampusnya pakde ini. Areanya luaaas banget, universitas lama dan historinya sudah terekam mantap. Dosen-dosennya asyik hehe walopon aku cuma interaksi sama dosen-dosen Arsitek  tapi rasanya asyik, karena rada beda dengan dosen-dosenku dulu waktu kuliah hahaha. Trus waktu diklat itu, anak2 sempet nengok trus kita sempet muter-muter di dalem UGM. Ternyata itu membekas juga di memori c Kaka dan menggugah minat dia buat kuliah di situ.

Ayahnya diskusi sama aku. Kayaknya c Kaka mah jurusan cocoknya IPA yang rada-rada IPS, kayak Planologi. Dalam hati aku fikir betul juga. Kebetulan aku S2nya PWK (Perencanaan Wilayah Kota) alias Planologi baheulana. Di situ memang belajar banyak hal yang tidak murni engineering, seperti ekonomi wilayah, kelembagaan dan kebijakan. Lalu mulai pilihan itu kami sodorkan ke c Kaka.

Dekat-dekat pemilihan jurusan SNMPTN tiba, dia bilang lagi. Kaka kayaknya mau milih 3: PWK ITB, PWK UGM, Teknik Kelautan ITS. Hasil TO di bimbel udah mulai masuk ke range UGM sih bu, tambahnya. Aku sih cuma bilang: wah bagus atuh Ka, kalo udah punya pilihan mah, tapi entar kita diskusi dikit sama Ayah yaa...

Aku pun coba cari-cari info tentang ITS. Jurusan Teknik Kelautan ternyata lumayan bagus. Dan begitu teringat kiprah bu Susi menteri kita, rasanya ke depan jurusan ini lumayan bagus juga prospeknya, secara Negara kita kelautan kan booo. Ayahnya tambahin pertimbangan, itu ilmu dasarnya Sipil, jadi mesti kuat Matematik dan Fisikanya. Euh, ini mah bikin anaknya mengkeret lagi atuh ahhaha. C Kaka itu dari SMA udah diwanti-wanti sama walasnya buat 2 mapel ini. Eh tapi ndilalah ternyata nilai di NEMnya alhamdulillah bagus.

Ternyata bukan rejekinya c Kaka lolos jalur SNMPTN. Waktu awal pengumuman dia tampak biasa aja. Tapi beberapa hari sesudahnya mulai tampak rona kecewa di rona muka dan bahasa tubuhnya. Aku mencoba menghibur sebisanya dan kasih lagi suntikan semangat. Beruntung dropnya ga kelamaan lalu semangat pelan-pelan balik lagi.

Lalu di grup alumni angkatan, aku baru inget ada teman dosen PWK di Undip. Langsung deh aku japri dia dan tanya-tanya info umum. Infonya membantu banget, dan dia seneng banget kalo anakku milih di Undip. Aku pun cerita sama c Kaka. Trus ayahnya nambahin, mungkin kalo mau PWK Undip aja pilihan ketiganya, jadi konsisten. Hhmmm, bisa juga ya. 

Tapi aku selalu bilang ke Kaka, ini kan saran dan pertimbangan Ayah Ibu, buat memperkaya ketika Kaka bikin pilihan. Pilihan tetap Kaka yang putuskan. Ibu ayah cuma berusaha kasih gambaran semaksimal mungkin. Jangan lupa doanya dikencengin lagi, shalat istikhoroh supaya pilihannya dikasih petunjuk sama Allah.

Dan akhirnya ketika daftar SBMPTN, Kaka putuskan pilih ini: PWK ITB, PWK UGM, dan PWK Undip.
Bismillaah... semoga ini pilihan terbaik.
--

Seleksi SBMPTN di awal Mei. C Kaka dianter ayahnya karena kondisi badanku kurang sehat. Lokasi tes di kampus SMA YPHB, suatu sekolah bernuansa Islam di Pajajaran. Alhamdulillah, ruangannya cukup terang dan lega, parkir juga leluasa, ada mesjidnya pula. Ternyata ayahnya nungguin di masjid sampai c Kaka selesai tes, cerita banyak banget ortu yang nunggu di masjid, pada shalat, mengaji dan berdoa.

ruangan Kaka seleksi SBMPTN

Pengumumannya ternyata di awal Juli. Jadi selama dua bulan itu, aku ketimpa penyakit deg deg plas alias H2C  hahaha. Beruntung kami peroleh bulan Ramadlan. Ibadah dimaksimalkan, doa makin dikencengin. Dalam do’aku terselip satu tawar menawar sama Allah (hehe... semoga ga menyalahi syariah): “ya Allah, berikanlah sekolah yang terbaik untuk anakku Abdillah, kabulkanlah cita-citanya, luruskanlah niatnya. Tapi ya Allah, kalo boleh hamba minta, di Bandung aja ya Allah, supaya emaknya ini ga terlalu khawatir.”

Allah memang Maha Baik.
Arrahmanirrahim.
Doa hamba-Nya yang kotor penuh noda dosa, emak nu rumasa masih fakir elmu, ibadah belum maksimal, suka kufur nikmat dan kurang sabar, tapi yaaa Allah.... dikabul, diijabah. Air mata ini menitik.

Duuh gustii Allah, haturnuhun pisan.
Langsung terbayang wajah Aki dan Eni, pengasuh Kaka sejak dalam kandungan sampai balita. Tentunya ini tak luput dari do’a mereka berdua waktu masih ada.
--

I'tikaf dan silaturrahim

Sedikit kilas balik. Bulan puasa kemarin aku lama-lama gerah juga lihat anak-anak ga ada kegiatan yang jelas di rumah terus. Cari-cari info tentang Sanlat buat c Kaka, udah kegedean, yang ada buat anak2 SMA, dan dia udah ga mau ikutan. Terakhir tahun lalu masih mau ikut Sanlat di Salman.

Eh tiba-tiba ada postingan info i’tikaf di Salman di grup mama2. Nah, bisa jadi jalan nih. Langsung deh nih mamak merayu supaya Kaka mau ikut. Untungnya dia minat, cuma mau nyari temen dulu katanya. Sip sip. Ternyata makin dekat hari H, temennya cuma satu yang juga minat. Tapi dia tetep mau dan langsung packing-packing. Alhamdulillah. C Kaka pilih i’tikaf selama 3 malem tanggal 7-10 Juni. Lalu aku rencana nyusul tanggal 11 begitu mulai libur kantor lalu kami lanjut mudik.

Malem kedua, aku minta Kaka kirim foto Salman.

Suasana i'tikaf di Salman
Aaahhh damainyaaa.. Siapa yang lihat foto ini trus baper cuuunggg!!!

Dan tiba-tiba dalam hati, aku bisikkan do’a. Ya Allah, tahun ini dia peserta I’tikaf P3R Salman. Semogaaa ya Allah, tahun depan dia yang jadi panitianya. (Betapa Allah Maha Baik yaa pemirsaaa....hiks.. do'a ini terkabul)

Teringat juga sebelum Lebaran kemarin, aku sempatkan berkunjung ke sahabat2 Aki Eni. Cita-cita sudah lama sebetulnya tapi karena lebaran seringnya mepet liburnya jadi susah atur waktunya. Alhamdulillah kemarin PNS dapet jatah cuti lebih banyak (makasih pakde). Dua tetangga masa kecil, Aki Eyang Prian dan Nini Iyes, dua guru sahabat Eni: bu Yatmani dan bu Mimin, dan bi Enin, bisa silaturahim. Alhamdulillah.. Ini beberapa foto kami.

Bersama Bu Mimin, guru favorit PPSP
dari masa ke masa


Bersama Eyang dan Aki Prian


Anak-anak sengaja aku bawa. Sambil belajar bahwa mengunjungi sahabat-sahabat orangtua kita amat dianjurkan dalam Islam. Pertanyaan standar ketika kita berkunjung adalah tos di mana sakolana? (sekolah di mana?) Dan Kaka selalu menjawab: nembe lulus SMA, nuju ngantosan pengumuman tes. Daaaan semuaaa mendo’akan dengan tulus. Do’a para sepuh ahli ibadah, tos ngiring ngarojong Kaka oge. Haturnuhun pisan.

Barokah silaturrahim.

--

Kabar gembira ini awalnya ga aku posting di manapun kecuali di grup keluarga. Takut jadi riya dan jujur ga enak banget sama yang anaknya belum berhasil lolos. Eh ga tau info dari mana, satu per satu japri pun muncul dan akhirnya kabar ini muncul di semua grup. Haha maklum seleb (eehhhh minta dikeplak). Sambil aku bisikkan do'a tulus, semoga yang belum lulus SB segera dimudahkan beroleh sekolah terbaik menurut Allah. Skenario-Nya pasti paling indah.

Semua komentar turut bahagia alias ngiring bingah itu aku aamiin-kan. Ada satu do'a yang amat indah aku kutip di sini:
"Teh Anii barokallah, wilujeng kangge kakak katampi sbmptn.. mugia janten jalan anu pang sae2na kangge kabagjaan dunia akherat..."

--

Alhamdulillahirrobil ‘aalamiin. Arrohamanirrohim.
Haturnuhun ya Allah, telah Engkau karuniakan qurata a’yun, harta yang tak ternilai, yang tak terbeli.
Trimakasih ya anak cuuu, telah berusaha sekuat tenaga dan tak putus berdoa. We are so so very proud of you. Love love much much more love....


--

Tulisan pengingat untuk momen yang bukan hanya satu milestone buat Kaka anakku, tapi juga titik introspeksi lagi buat aku dan suami. Semoga Allah jadikan kami hamba yang pandai bersyukur dan rajin bersabar. Jauhkanlah kami dari riya, kufur nikmat, ujub, dan takabur.
Aamiin yaa robbal ‘alamiin.

Kamis, 07 Juni 2018

Asyiknya Berbagi Buku


Alkisah ada seorang ibu, sebut saja namanya bu Melati, punya niat pengen bikin taman bacaan buat anak2 di sekitar rumahnya. Lingkungan rumahnya termasuk unik, bisa dikatakan campuran dari dua karakter yang heterogen: di bagian depan penduduk komplek perumahan  dan di bagian belakangnya perkampungan. Di perkampungan inilah, dia melihat aktivitas anak2 tampak belum menonjol. Hari-hari mereka ya diisi dengan bermain bersama. Rasanya kalo mereka disediakan taman bacaan, bakal bagus banget buat nambah ngisi kegiatan positif di sela waktu mereka. Plus kasih mereka semacam jendela dunia.

Mulailah bu Melati ini mengumpulkan buku-buku bacaan anak. Dia pilih dengan seksama dan cermat, kira-kira buku apa yang bakal cocok dan diminati anak2 itu. Jika dapet info obral buku murah di toko G yang terkemuka itu, dia langsung bersorak senang. Di situ biasanya, bisa dapet buku-buku anak yang walaupun terbitan lama tapi berkualitas dan tentunya harga terjangkau.

Dia juga rajin ngecek info2 garsel buku di salah satu grupnya. Grup ini terdiri dari ibu-ibu muda satu almamater dengannya. Jika ada garsel buku anak dengan tema yang dinilai bagus, langsung deh: booked, mauuu.. Hahaha..

Dan ketika paket paket itu mulai berdatangan dan semakin rajin si abang kurir: pakeettt, maka sang suami mulai protes: Ibu beli apa lagi sih?

Dan tahukah anda bu Melati itu siapa?
Aku.. hahahaha

Ya, lama kelamaan aku seperti terobsesi untuk terus koleksi buku2 bacaan anak yang berkualitas, demi mewujudkan cita-cita taman bacaan. Cita-cita yang terus tertanam di benak, sejak anak-anak masih usia TK dan SD.

Tapi ternyataaaa, waktu pun berlalu. Si kecil TK lalu beranjak masuk SD dan naik SMP, si kakak SD lalu naik ke SMP dan malah SMA dan tahun ini lulus. Daan cita-cita ternyata belum terwujud juga.

Di akhir minggu, beberapa kali aku pandangi nanar tumpukan buku itu. Sayaang banget rasanya kalo dikasihin gitu aja ke orang, tapi duh tapi sayang juga ya takut mubazir kalo Cuma tertumpuk di rak tanpa ada yang menjamah.

Tapi akhirnya, setelah menimbang dengan seksama, aku putuskan buat menyumbangkan buku-buku itu ke taman bacaan lain yang sudah ada tapi masih membutuhkan buku-buku bacaan.

Caranya? Posting di grup untuk identifikasi temen2 yang sudah punya taman bacaan.

Gayung bersambut, tiga teman respon. Lanjut kami japrian buat janjian kirim-kirim buku itu. Lalu dua teman lain kasih info juga tentang tempat yang masih butuh bantuan buku-buku layak baca.

Daan mulailah tumpukan buku itu diturunkan dan mulai disortir. Aku usahakan kelima tempat itu bisa dapet variasi jenis buku dan majalah yang relatif sama. Ada dua jenis majalah, buku sains, komik remaja, KKPK, buku agama anak. Dan inilah penampakan before and afternya..
...

Ternyataa..
Apa yang terjadi?
Rasanya legaaa, gembira, dan senaanggg...
Alhamdulillah.

Tak jadi punya taman bacaan tak apa, tapi aku tahu di sana ada banyak anak-anak hebat yang mau baca buku-buku itu. Anak hebat yang semoga semakin hebat setelah dunia makin lebar terbentang dari buku itu.


Jumat, 18 Mei 2018

Untukmu Mas Tersayang




Enam ribu 
sembilan ratus 
tiga puluh 
sembilan hari
telah kita lalui bersama

Hari hari yang bagiku
tidaklah selalu sama
Ada masa senang tawa bahagia
masa sedih duka lara
kecewa marah curiga

Masa adaptasi yang amat tak mudah
dua karakter yang jauh berbeda

Kau dengan diammu, aku dengan bicaraku
Kau dengan tenangmu, aku dengan gejolakku
Kau dengan sabarmu, aku dengan syukurku

Kita menjadi saling melengkapi

Dua mutiara yang lalu hadir
satu bulan dan satu bintang
makin lengkapi hidup kita
Karunia terbesar
yang tak ternilai
yang Ia titipkan pada kita
yang semoga kita bisa jaga fitrahnya

Semoga Allah ridloi langkah kita

 I love you so, mas

Kamis, 10 Mei 2018

Kembali, kembalilah cintai dia apa adanya

Sekar tergagap. Kembali si boss pergoki dia tengah melamun di depan komputer. Tugas yang mestinya selesai pagi tadi, siang ini masih belum tuntas juga. Duh malu rasanya. Ini kali kesekian, dia sulit berkonsentrasi di kantor. Ingatannya selalu melayang ke masalah rumah tangganya.

Menjelang dua puluh tahun usia pernikahannya, namun mereka tengah dihadapkan pada masalah yang cukup pelik, dan Sekar hampir-hampir menyerah.

Semua bermula ketika tahun lalu, perusahaan tempat suaminya bekerja tiba-tiba colaps dan terjadi PHK besar-besaran. Suaminya, Ardi, termasuk yang kena PHK. Pesangonnya sih lumayan, tapi ternyata merka tidak siap dengan perubahan kondisi yang drastis itu. Maka pelan-pelan, pesangon itu terpakai buat berbagai kebutuhan.

Posisi Sekar di kantor pun masih staf biasa. Penghasilannya tidak cukup buat biayai keluarga dengan tiga anak yang pas masanya sedang banyak kebutuhan sekolah. Nabil si sulung tahun lalu kuliah, Sekar bersyukur Nabil bisa diterima di sekolah negeri, sehingga tidak terlalu berat biaya masuknya. Tapi tetap bulanan, Sekar harus putar otak supaya bisa mengatur kiriman rutin buat kost Nabil tetap ada.

Ardi yang berusaha mencari peluang kerja lain, sampai sekarang belum berhasil. Dan entah kenapa, dua bulan terakhir ini mentalnya makin jatuh. Motivasinya sudah tidak ada atau bahkan nyaris nol.
Dan ujungnya semua Sekar yang harus tanggung bebannya.

Sudah berkali-kali, Sekar mengajak Ardi ngobrol serius tentang masalah keuangan ini. Namun Ardi selalu cuma bisa termenung dan hanya berucap pendek-pendek. Tanpa solusi.

Sampai dua bulan lalu, rasanya sudah tak tahan hadapi suaminya. Sekar jadi apatis. Dia sudah kehabisan akal. Apa lagi yang harus dilakukan buat mendukung Ardi. Rasanya semua telah dilakukan, tapi hasilnya nol besar.

Dia tak lagi peduli Ardi. Dia hanya fokus pada ketiga anaknya. Tapi rupanya lama-lama kondisi ini juga berimbas pada anak-anak. Tiga hari lalu Sekar akhirnya meledak di depan anak-anak, ketika Ardi tiba-tiba ngomel panjang karena tiba-tiba mesti anter anak2 pagi banget.

Dan Sekar menyesal. Menyesal sangat. Anak-anak yang harusnya tidak tahu, kini jadi tahu ada masalah antara papa dan mamanya. Mereka jadi jarang bicara, dan bisik-bisik di kamar bertiga.
--

Ayu bossnya beri isyarat supaya Sekar masuk ruangannya.
“Apa kabar anak-anak2?” tanya Ayu begitu Sekar duduk di depannya.
“Eh, baik mbak.”
Ayu memang pernah ketemu anak-anak setiap kantor adakan “Family Gathering” tiap tahun.
“Syukurlah.”
“Kamu lagi ada masalah?”, hati-hati Ayu bertanya.
Sekar terdiam.
“Kalo butuh tempat cerita, aku ada di sini ya. Kita udah temenan lama kan.”
Mereka memang telah berteman sejak awal masuk kerja. Nasib baik membawa Ayu naik jabatan dan jadi atasannya Sekar.

Sekar menghela nafas.
“Ardi, mbak”
Ayu menunggu.
“Aku tak tahu lagi harus buat apa buat support dia.”
“Uang tabungan sudah habis dipakai modal macem-macem usaha, tapi ga ada yang berhasil.”
Sekar mulai berlinang. Ayu ikut berkaca-kaca.
“Kemarin kami bertengkar di depan anak-anak. Aku kayaknya udah ga kuat, mbak. Sampai mana sih kita mesti bersabar pada suami kita?”
Dia tahu perjuangan Sekar selama ini.

“Berat ya, aku bisa bantu apa?”
Sekar terdiam sambil menyusut air matanya.
“Aku punya buku ini, siapa tahu bisa bantu ringankan beban di hati.” ucap Ayu sambil angsurkan satu buku tipis.
“Isinya tidak menggurui tapi kena banget buat aku mah.” Ayu tersenyum simpul.
“Makasih banyak ya mbak.” Sekar baru ingat, dulu Ayu pernah hadapi juga masalah dengan suaminya ketika ketahuan selingkuh. Bersyukur mereka bisa atasi dan sampai sekarang rukun kembali.

“Pesanku cuma satu: kembali, Sekar. Kembali terima dia, kembali cintai dia apa adanya. Kembalikan niat awal ketika kalian mulai menikah. Kembali pada anak-anakmu, mereka anak-anak manis banget, karunia terbesar dalam hidup kalian. Maka kamu akan lebih ikhlas menerima apapun ujian rumah tangga kalian. Percayalah, aku pernah alami itu.”
Mereka pun berpelukan erat.
--

Di buku itu, Sekar dapat beberapa hikmah.

Dan Sekar bertekad, bahwa dia akan kembali pulang. Kembali seperti dulu. Terima Ardi apa adanya. Dulu pun ketika menikah, mereka betul-betul berangkat dari nol. Tapi pelan-pelan mereka berjuang bersama sampai pada titik ini.

Mau tahu apa saja isi buku itu yang mampu menggugah Sekar untuk “kembali”?

Benci dan suka

Allah subhanahu wata'ala telah mengingatkan kita agar tidak membenci atau menyukai sesuatu padahal kita tidak tahu rahasia di balik itu. Dalam QS Al Baqarah:216 disebutkan "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Ujian sebagai penggugur dosa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari 5641).

Jihad seorang istri

Jika seorang isteri taat kepada suaminya serta tidak pergi meninggalkan suami maka pahalanya sama dengan jihad di jalan Allah. Perhatikan hadist berikut: Al- Bazzar dan At Thabrani meriwayatkan bahwa seorang wanita pernah datang kepada Rasullullah SAW lalu berkata :  Aku adalah utusan para wanita kepada engkau untuk menanyakan : Jihad ini telah diwajibkan Allah kepada kaum lelaki, Jika menang mereka diberi pahala dan jika terbunuh mereka tetap diberi rezeki oleh Rabb mereka, tetapi kami kaum wanita yang membantu mereka , pahala apa yang kami dapatkan? Nabi SAW menjawab :” Sampaikan kepada wanita yang engkau jumpai bahwa taat kepada suami dan mengakui haknya itu adalah sama dengan pahala jihad di jalan Allah, tetapi sedikit sekali di antara kamu yang melakukanya.

Rezeki itu dari Allah

Allah telah berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 31:
نَّحْنُ    نَرْزُقُهُمْ    وَإِيَّاكُمْ
‘…Kami-lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepada mu…’

Dalam ayat ini jelas dikatakan bahwa sesungguhnya peran masing-masing hanyalah sebagai pelaksana harian, dimana kehendak serta penentuan berada ditangan Allah semata. Sehingga tidak ada hak bagi masing-masing untuk mengklaim sebagai penentu bagi keberpihakan serta kebutuhan masing-masing. Suami Istri merupakan tim yang seharusnya berlaku kompak dan sudah semestinya mereka bersinergi dalam menjalani segala aspek dalam kehidupan ini.

Atas kehendak Allah, rezeki yang lebih bisa diberikan pada isteri dan bukan pada suami. Jadi jangankan menjadi tinggi hati jika suatu saat rezeki isteri melebihi suami, atau merasa lebih bermanfaat daripada suami, merasa bisa hidup sendiri dan dapat mengatasi sendiri segala hal, tidak mau diatur sehingga tidak patuh kepada suami. Inilah tanda-tanda kehancuran suatu kapal pernikahan.

“Ya Allah ya Rabbi, Engkau adalah Dzat Yang Maha Memberi, maka berikanlah kepada suamiku kelapangan atas rezekinya. Jika letaknya masih jauh, maka dekatkanlah yang Rabb, jika masih berada di atas langit, maka segeralah turunkan untuknya. Dan jika masih tertahan di dasar bumi, sungguh hanya Engkau yang Maha Mampu untuk segera mengeluarkannya untuk suamiku. Hanya kepada Engkau kami memohon rezeki. Hanya Engkau yang Maha Memberi rezeki tanpa mengharap imbalan. Karena keagungan-Mu meliputi alam semesta dan isinya.

Duhai Allah kami bersaksi bahwa tiada Illah selain Engkau, tiada berhak kami menyembah selain kepada Engkau dan tiada pernah kami menyembah selain Engkau, kami hanya meminta kepada Engkau, maka kabulkanlah permintaanku ini, ya Rabb. Dan aku percaya hanya Engkaulah sebaik-baik pemberi dan zat yang maha menerima keluhan serta permohonan hambamu, amin”

Jaminan masuk syurga

"Jika seorang isteri telah menunaikan shalat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadlan dan menjaga kemaluannya daripada yang haram serta taat kepada suaminya, maka dipersilakanlah masuk ke syurga dari pintu mana saja kamu suka."(Hadits Riwayat Ahmad dan Thabrani)

Duh betapa istimewanya kan?

Jaadii, alasan apa lagi yang bisa jadi "excuse" Sekar buat terus terpaku dan tergugu pada masalah (yang katanya rasanya) berat itu?
Tak ada kan.


Kamis, 19 April 2018

Tak Seujung Kuku Pun


Sekitar dua minggu lalu, ada anggota satu WAG-ku yang japri, Andi bercerita bahwa ada teman dalam WAG yang sama, Beni sedang dilanda ujian. Anaknya bakal dibiopsi buat cek kanker. Perempuan, umur 10 tahun. Beni jarang banget muncul di grup jadi aku belum kenal.
Aku langsung terkesima.
Ya Allah, umur 10 tahun , gimana kalo hasil biopsinya positif?

Kami berdua langsung posting infokan di grup, supaya ikut dukung morilnya Beni. Semua turut mendoakan semoga hasilnya negatif. Beni merespon ucapkan makasih, plus info tentang kronologisnya sakit anaknya. Namanya Arina, pas aku lihat di pp nya Beni, anaknya cantik banget, putih tersenyum manis.

Seminggu kemudian, Andi kabarkan lewat japri lagi, hasilnya positif kanker.
Aku terhenyak lagi. Sambil bisikkan doa, semoga mereka dikuatkan.

Aku langsung japri Beni buat kasih dukungan moril. Lalu janjian sama beberapa teman buat nengok ke rumahnya. Dalam WAG aku yang satu ini, tidak semua anggota grup saling kenal. Bahkan ada beberapa yang aku belum pernah ketemu. Jadi waktu nengok itu, kami baru ketemu Beni dan istrinya, Utari. Arina juga ada dikenalkan pada kami.

Begitu ketemu, dalam hati rasanya sedih banget. Beda banget sama di foto lalu, Arina tampak kurus banget. Mukanya kuyu. Masih bisa bermain sama adiknya, tapi belum kuat sekolah. Walaupun udah sering nangis, pingin sekolah.

Utari cerita tentang kronologis sakitnya Arina. Jadi sudah enam bulan bolak balik ke rumah sakit, cek ini dan itu, sampai akhirnya dapet diagnosis kanker. Sebetulnya kami ga tega bertanya-tanya, tapi mungkin ia butuh katup, butuh ada orang yang mau jadi pendengar, jadi ia ceritakan dari awal. Sesekali ia susut air matanya.

Secara fisik udah jelas Arina sakit, ternyata secara psikis dia juga stress. Kadang bilang sakit di suatu bagian tubuh, padahal sebetulnya tidak. Suka tiba-tiba jerit-jerit merasa keluar darah dari mulutnya. Sambil nangis, bertanya pada mamanya, aku ini sakit apa, mama?

Anak ini anak baik hati dan tidak mau merepotkan orangtua. Pernah katanya dulu kejadian kakinya tiba-tiba sakit. Ternyata sudah beberapa lama kakinya ditekuk ketika pakai sepatu karena sepatunya udah kesempitan. Sekarang pun, kalo berobat ke dokter, dia bertanya: mama ada uang?

Anak yang disayang-sayang, dieman-eman, harus didera satu penyakit serius, yang pengobatannya mesti lewat kemoterapi dan radiasi. Yang mungkin banyak orang sudah mafhum apa efeknya buat si pasien.

Sambil menyimak ceritanya, dalam hati aku merasa tertampar. Ya Allah, ga ada apa-apanya ya ujian yang Engkau pernah timpakan padaku, dibanding ujian keluarga itu.

Pernah sakit? Pernah, tapi pasti lebih sakit Arina. Pernah ga punya uang? Pernah, tapi belum pernah tiba-tiba harus punya dana ratusan juta buat berobat. Pernah bingung? Pernah kalut? Pernah galau tu d mex? Semua pernah. Tapi, rasanya lebih berat cobaan mereka.

Ga ada apa-apanya Aniiii, ujian yang pernah kamu rasakan. Tak seujung kukunya. Atau bahkan mungkin cuma setitik debu.


Senin, 09 April 2018

Ajaibnya Sedekah


Tiba tiba pandangannya mengabur, linangan air mata hampir jatuh ke kertas di hadapannya. Kala itu ia sedang selesaikan notulen rapat kemarin setelah break.

Tadi ketika istirahat kantor, karena suntuk, ia buka medsos di hpnya. Ia cuitkan sedikit kegelisahan hatinya, gelisah ya galau. Galau karena kok rasanya hidup ini tidak berpihak padanya. Sudah lama karirnya mentok, walaupun rasanya sudah berbagai upaya dilakukan supaya bisa promosi. Promosi itu amat ia butuhkan karena suaminya baru saja diPHK. Sementara anak sulungnya sebentar lagi lulus SMA dan lanjut kuliah. Rasanya kok berat yaa hadapi gaji bulanan yang Cuma numpang lewat saja di rekeningnya. Di akhir bulan, ia mesti berjibaku cari tambahan buat biaya bulanan.

Tapi satu komentar dari cuitan ia siang itu sangat menggugah:
..........bersedekah tak kan kurangi hartamu ........

Namanya Putri. Ia seorang karyawan di divisi perencanaan.

Ketika pulang kantor, pelan Putri berjalan menuju stasiun, ia biasa pake komuter pulang pergi kantornya. Murah meriah, walaupun mesti berdesakan tanpa ampun.

Lalu dia berpapasan dengan seorang bapak yang sedang memikul dagangannya. Sereh yang biasa dipakai bumbu masak. Kala itu sudah pukul lima sore dan jejeran batang sereh masih menumpuk di keranjangnya.

Tiba-tiba, tanpa dia sadari, dia panggil bapak tua itu.
“Pak, pak saya mau beli serehnya. “
Bapak tua itu langsung berhenti.
“Neng mau beli?”
“Berapaan, pak?”
“Dua ribu satu ikat.”

Dalam hati Putri tercekat, dua ribu? Dia hitung kasar jumlah ikatan di keranjang si bapak. Mungkin sekitar 50 ikat. Berarti si bapak pulang bawa uang seratus ribu, dengan catatan semua serehnya laku.
“Beli sepuluh ya pak.”
“mangga, neng.”
Tanpa ragu Putri mengangsurkan dua lembar lima puluh ribuan.

Si bapak heran ternganga.
“Neng, ini salah lihat lembaran uang ya?”
“engga pak, ini bawa trus bapak pulang ya, udah sore mana mendung tebel mau ujan lagi. Serehnya bisa buat jualan bapak besok.”
“Ya Allah, neng makasih pisan. Ya Allah, Alhamdulillah. Anak bapak memang udah seminggu demam, tapi belum dibawa ke dokter, bapak belum punya uang. Makasih ya neng.”
“Iya pak, sama-sama.”
“Bapak doain neng panjang umur, banyak rizki, sehat.”

Lalu si bapak bisikkan doa-doa pendek sambil tangan tua keriputnya menggenggam erat tangan Putri.
Putri makin tercekat, dia tahan-tahan air matanya.

Setelah bapak tua berlalu. Putri tiba-tiba merasa lega. Dia tidak merasa uangnya menjadi berkurang. Yang ada di hatinya Cuma rasa nyaman dan lapang.

Terimakasih ya Allah, Kau turunkan petunjuk hari ini, lewat bapak tua yang sederhana itu.
Alhamdulillah...