Minggu, 17 Januari 2016

BELAJAR SEDEKAH

Sedekah = ajaib

Tidak diragukan lagi, banyak sekali kalangan yang berpendapat bahwa sedekah itu akan membawa berkah.

Terus terang hihi, dengan ilmu agama yang kurang, dulu aku termasuk yang menyangsikan hal itu (ampuni aku ya Allaah). Apa beneerr? Udah jelas uang kita berkurang karena disumbangin, trus tiba-tiba, tanpa diundang tanpa dipanggil, ada orang kasih uang ke kita? Beneran minta dijitak yaa gw....

Tapi seiring waktu, ketemu banyak temen yang memperkaya ilmu, aku kini termasuk yang percaya akan hal itu. Lebih tepatnya percaya banget. Pintu rejeki yang Allah bukakan itu, sering tak kuduga tanpa disangka, kadang terasa seperti langsung dibayar tunai. Bentuk rejeki itu bisa berupa materi, kemudahan, pertolongan orang, anak soleh, kesehatan dan lain-lain.

Ada beberapa kejadian yang membuatku makin percaya. Ada yang memang bersifat materi tapi juga ada yang bersifat non materi. Bersedekah di kala sempit itu betul mendatangkan berbagai kemudahan buat aku sekeluarga.

Pernah satu ketika, ada kewajiban pembayaran yang harus aku tunaikan, tapi belum ada uang yang dipegang. Asli bingung ketika itu, gimanaa yaa gimanaa, dari mana kita bisa dapat dana itu, diskusiku dengan suami.

Namun beruntung, Allah gerakkan hati ini untuk bersedekah ke suatu panti anak yatim, yang datang ke rumah, menawarkan untuk berdonasi (aku percaya, orang panti itu juga pasti Allah gerakkan untuk mengetuk pintu rumahku). Kalo dinilai dengan uang, sedekahku kala itu tidaklah seberapa.

Jreng jreeengg.. minggu depannya suami ngasih aku satu amplop, rejeki lewat temannya karena bantu gambar denah renovasi rumah. Daaan, tahukah Anda, jumlahnya berlipat dari sedekahku, dan ajaib… cukup untuk bayar kewajibanku itu..  Allah Maha Tahu kebutuhan hambaNya yang dhaif ini.

See, it is like miracle, right?

Tapi tentu yang perlu aku ingat, bersedekah itu bukan berarti kita berhitung dengan Allah. Aku sudah bersedekah sekian, maka Allah akan balas sekian. Tidak begitu yang Rasul ajarkan. Semoga Allah luruskan niatku dalam bersedekah.

-----

Rutin dan kontinu

Ada hal lain yang ingin aku catat, satu pelajaran penting dari seorang supir bis. Suatu waktu aku mendadak harus pergi ke Bandung. Travel sudah penuh dan suami tidak bisa mengantar. Jadilah aku naik bis MGI. Aku duduk di barisan ketiga. Di barisan paling depan, duduk seorang bapak yang ternyata “capetang pisan” ngobrol macem-macem sama sang supir. Tadinya dalam hati, iihh nih orang ribut amat sih, gak tau ya kalo penumpang lain pada ngantuk n butuh tidur sejenak. Tapi lama-lama obrolannya menarik juga. Aku jadi nguping sambil merem mencoba tidur. Lalu ada satu omongan pak supir itu yang pasti aku ga bakal lupa sampai kapan pun.

Dia cerita, setiap hari dia selalu menyisihkan uang 20 ribu di sakunya, yang dia niatkan untuk sedekah. Pokoknya targetnya uang sekian habis dia sedekahkan setiap hari. Katanya dari rejeki yang saya dapat tiap hari, ada bagian yang memang harus diberikan lagi ke orang lain.

JLEB….
PLAK PLAK PLAK….

Rasa ditampar mukaku. Pak supir bis aja udah rutin bersedekah…  Nah elo gimana tuh Ni? Demikian batinku.

---

Pintu Kemudahan

Pengalaman lain kudapat hari Jumat kemarin. Pagi itu, angkot yang aku tumpangi menuju kantor hanya terisi empat penumpang termasuk aku, duduk manis di samping pak supir yang sedang bekerja… (hehehe).

Satu penumpang turun di pintu Stasiun Bogor, dia angsurkan uang 50ribu untuk bayar. Sang supir langsung menolak, masih pagi ini, belum ada kembalian, katanya. Tapi tidak ada kata-kata kasar dari si supir itu. Supir lain mungkin langsung ngomel-ngomel kalo orang bayarnya pake uang gede banget.

Ketika turun, aku angsurkan uang lebih, aku bilang: bang, ini dua ya sama yang tadi ga bayar. Sang supir terperangah heran melihat mukaku, sambil berucap: makasih, neng.. alhamdulillaah.. Batinku, Ya Allah, hanya lima ribu rupiah kelebihan yang aku kasih, tapi dia amat senang.

Siangnya, aku ke suatu bank pengen ngurus m-banking. Dapat nomor 64, dan lihat di layar monitor baru nomor 50 yang sedang dilayani CS (Customer Service). Untuk informasi tambahan, antri di bank ini terkenal lamaaa banget, dan antrian empatbelas nomor itu mungkih butuh waktu hampir sejam.

Baiklah, harus sabar menanti. Dua nomor terlewati. Eh, tiba-tiba ada mbak-mbak mendekat, trus ngasih aku kartu nomor antrian 54. Katanya: ini buat mbak aja, aku ga jadi ke CS. Waahhh… itu berarti aku tinggal tunggu satu nomor lagi. Trus ndilalahnya lagi, itu si mbak CS nya ramaah banget, berjilbab cantik, sabar lagi. Dan ga biasanya urusanku siang itu cepet selesai, jadi ga sampe lewat waktu istirahat makan siang.

Alhamdulillaah…
Lagi-lagi seperti dibayar tunai.

Buat aku, ini pintu kemudahan yang langsung Allah bukakan, hanya dengan bersedekah lima ribu rupiah. (maaf, bukan maksud menghitung-hitung)
Subhanallaah.. Masya Allaahh…
Sedekah betul membawa berkah.
----

Tulisan bukan diniatkan untuk pamer atau riya. Masih banyak banget orang lain yang sedekahnya lebih kenceng daripada aku. Dan itu jadi motivasi buat aku untuk lebih rajin bersedekah, ikhlas, tanpa mengharapkan balasan apa-apa.
---

*catatan kecil seorang fakir ilmu






Tidak ada komentar:

Posting Komentar