Senin, 18 Januari 2016

BELAJAR DIET KANTONG PLASTIK



Pemakaian plastik
“Kementrian LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutanan) menghitung, selama 10 tahun terakhir, penggunaan kantong plastik terus meningkat. Dalam satu dekade, sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastik digunakan oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah itu, hampir 95% kantong plastik itu dibuang menjadi sampah. Sedangkan tanah butuh waktu sangat lama untuk mengurai sampah plastik tersebut.” (dikutip dari Eco project HMTL ITB, 18 Jan 2016)

Coba kita hitung, jadi kira-kira sekitar 9,3 miliar kantong plastik dibuang jadi sampah per tahun.

9,3 miliar? Sembilan KOMA TIGA miliar? 
AAPPAAAA??

Kebayang ga itu segimana banyaknya? Kalo ditumpuk, mungkin setara dengan tinggi Candi Borobudur atau bahkan lebih tinggi.
Aku mah mual ngebayanginnya… asli. Yang bikin lebih mual, aku termasuk salah seorang yang menyumbang ke tumpukan itu.

Cuek? (biarin aja, boro-boro mikirin itu).. jangan dong sodara-sodarah…
Kesel? (itu mah urusan pemerintah, harusnya diatur dong, dibatasi).. nah yang ini lumayan..
Kaget, prihatin, sedih? (apa ya yang bisa kita lakukan?)…. Jempol pisan lah yang komentar ini.

Jangan lupa pula, kantong plastik itu merupakan salah satu produk dari olahan minyak bumi. Sumber daya yang kita tahu bersifat tidak dapat diperbaharui (non renewable). Udah mah berasal dari sumber daya yang lama-lama bisa abis, diproses pake duit pasti kan, terus kita buang percuma…. Hiks banget daahhh!!!!

----

Supply dan Demand

Dalam berbagai hal, jika mau merubah sesuatu, maka perlu dilihat dari sisi supply dan demand. Ciee, gaya banget gue.. Ga tau kenapa, supply vs demand itu suka otomatis muncul di benakku hehe.. Padahal aseli ngaku,aku bukan alumni Fakultas Ekonomi. Kedua aspek ini bersifat saling mempengaruhi secara timbal balik.

Pada sisi supply, pemerintah berkewajiban untuk membatasi penggunaan kantong plastik. Bersyukur, mulai bulan Februari 2016, kantong plastik tidak lagi gratis. Supermarket dan retail sejenisnya akan mengenakan biaya tambahan ketika kita gunakan kantong plastik dari mereka. Walaupun hiks sekarang ini sudah ga dijalankan lagi. Sekarang belanja ke supermarket, maka kantong plastik itu kembali gratis. Orang kembali bebas merdeka minta kantong plastik seberapa pun dia mau.

Walaupun mungkin secara nominal kecil, cuma beberapa rupiah, aku pribadi amat berharap peraturan ini dapat ditegakkan. Membuat orang berfikir ulang untuk pake kantong plastik dari supermarket karena merasa rugi harus bayar. Di sini aspek supply sudah mulai mempengaruhi aspek demand.

Pada sisi supply, juga ada peran beberapa supermarket atau retail seperti Superindo dan Carrefour. Di Superindo, jika kita bawa kantong sendiri, maka total pembayaran belanja kita akan dikurangi sekian ratus rupiah. Sedikit tapi aku suka banget . Di Carrefour tidak disediakan kantong plastik, konsumen diharuskan pakai dus bekas yang disediakan. Itu cool banget kalo kata abege mah. Dan pemerintah mustinya kasih reward tuh ke mereka, apa aja bentuknya, piagam kek yang bisa dipajang atau diumumkan apresiasi saat upacara Hari Kemerdekaan di Istana Negara. 

Kemudian, beberapa orang cukup kreatif menangkap peluang ini. Mereka membuat berbagai kreasi tas lipat aneka warna yang eye-catching, mudah dimasukkan dalam tas jinjing para wanita, dan dipakai ketika belanja.

Lumayan lho itu, kalo kita hitung-hitung, jumlah kantong plastik yang bisa dicegah untuk dipakai, pasti cukup signifikan.

Sekarang mari kita bicara dari sisi demand. Kini orang sudah mulai minimal pakai kantong plastik (atau dikenal dengan istilah diet kantong plastik). Ada banyak temanku membiasakan diri selalu bawa tas lipat ke manapun mereka pergi. Jadi ketika mereka belanja, tinggal keluar tuh si tas lipat, sehingga terhindarlaaah kita dari kudu pake kantong plastik. Berarti terhindar pula kita dari kemungkinan menghasilkan sampah satu atau dua kantong plastik yang bakal dibuang ke lingkungan.

Semakin banyak orang menjalankan itu, maka kebutuhan akan kantong plastik lama kelamaan juga semakin berkurang. Harapannya, hal ini akan menekan volume produksi di pabrik kantong plastik karena makin lama makin sedikit orang yang memerlukannya. Kantong plastik tidak lagi banyak tersedia dan dalam jangka panjang, itu akan balik lagi mendorong orang untuk biasa membawa tas atau keranjang sendiri.

Tentu hal ini butuh proses dan butuh kampanye yang teruuus menerus. 

-----

Ibu rumah tangga

Sebagai ibu rumah tangga, peran kita amat strategis lho boebooo… Kita yang menentukan jumlah dan jenis belanja bulanan kita, kita yang mengatur dapur, kita yang masak, dan akhirnya kita juga yang dominan buang sampah ke tempat sampah. Betul apa bener?

Jika mau dan sebetulnya perlu, kita dapat melihat seperti apa sih komposisi sampah kita? Berapa banyak sih kantong plastik yang kita pakai untuk belanja? Berapa banyak sih yang kita buang?

Ada banyak ibu cerdas, yang pakai ulang kantong-kantong itu, yang paling umum adalah untuk alas tempat sampah. Tapi itu kan tetap akan dibuang bersama sampah, plung masuk ke gerobak lalu pindah truk sampah dan bermigrasi ke TPA.

Tetap pada akhirnya, kantong plastik itu akan menyumbang tumpukan yang nggilani di atas tadi.

Jadi, amat strategis jika sejak awal kita bisa minimalkan pemakaian kantong plastik itu. Gimana caranya? Bawa selalu kantong atau wadah dari rumah ketika kita belanja, atau minta dus bekas sebagai pengganti kantong plastik. Bawa kantong sendiri ini harus disiplin yaaa, jangan kadang bawa dan lebih sering engga.

Setelah kita biasakan secara individu, alangkah baiknya jika hal baik ini kita tularkan ke lingkungan sekitar. Pertama yang jadi sasaran tembak tentu yang terdekat: anak-anak dan suami. Lalu lanjutkan ke ibu kita, adik dan kakak kita, keponakan. Terus lanjutkan ke tetangga, teman arisan, teman kantor, teman di dunia maya… teruusss kita lakukan. Bombardir terus dengan bayangan betapa besarnya sampah akibat plastik yang dibuang itu hahaha.. (ketawajahil)…

Aku percaya, jika kita semua lakukan hal yang sama, pelan-pelan kita bisa kurangi ketergantungan kita pada kantong plastik.

Akhirnya, hal ini akan mengurangi mual kita akibat membayangkan 95% dari  9,5 miliar sampah kantong plastik menumpuk di suatu tempat. 

-----

Tulisan ngepop, yang sebagian tidak pake bahasa baku. Sengaja. Semoga tidak ada yang protes hehe...


2 komentar: